![]() |
Ilustrasi gambar: Abdi dalem keraton Yogyakarta, contoh pengabdian luar biasa |
Kalau aku kerja keras, mengorbankan waktu liburku, lembur
habis-habisan, paling yang untung perusahaan. Apa untungnya buat aku? Pertanyaan
itu sering menggema dalam masa-masa krisis, saat perusahaan membutuhkan pengorbanan
karyawannya untuk mengejar sebuah tuntutan.
Ginger Graham adalah CEO perusahaan alat kesehatan Guidant.
Saat perusahaan ini memperkenalkan stent kardiovaskular baru, penjualan
meningkat sangat pesat. Guidant mendapat kesempatan emas untuk melejit sebagai
perusahaan terkemuka dunia. Pendapatannya jelas akan sangat menggiurkan.
Namun, tiba-tiba berita menggembirakan ini berubah menjadi
sebuah krisis, karena deadline sangat ketat dan permintaannya jauh melebihi
persediaan. Belum lagi, peristiwa ini terjadi menjelang musim liburan natal.
Dan setelah dikalkulasi, untuk memenuhi permintaan itu akan
dibutuhkan kerja produksi tiga shift sehari, 7 hari seminggu. Dalam tulisannya
di Harvard Business Review (April 2002), yang berjudul "If You Want
Honesty, Break Some Rules", Graham menceritakan bahwa ia bisa saja menyuruh
karyawan bekerja dan menuntut komitmen mereka. Tapi ia tahu cara itu tidak akan
berhasil. Ia merasa karyawan akan merasakan kemarahan karena perusahaan memaksakan
jadwal saat mereka layak menikmati liburan. Ia tahu bahwa kemarahan itu akan
menghambat produktivitas, memicu sabotase, dan menghasilkan cacat produk yang
tinggi.
Jadi Graham berpikir keras, dan memutuskan untuk menggunakan
cara yang layak kita tiru. Di rapat perusahaan ia memuji kinerja marketing yang
memberikan keberhasilan penjualan luar biasa. Dia menunjukkan data penjualan.
Ia membacakan kisah sukses para dokter yang menggunakan alat itu, dan bagaimana
alat itu dapat menyelamatkan banyak nyawa pasien.
Dia mempersiapkan data produksi dan berapa banyak penjualan
yang tidak bisa dilayani jika persediaan dan produksi tidak ditingkatkan.
Kemudian, --ini yang penting-- ia mengajukan permintaan dan tantangan bermakna.
"Kita punya peluang untuk melakukan sesuatu (bagi pasien dan diri kita
sendiri) yang belum pernah didapat perusahaan lain sepanjang sejarah. Namun ada
tantangan yang kita hadapi yaitu adanya musim liburan di depan kita. Jika
kalian mau menghadapi tantangan itu, saya akan berusaha semaksimal mungkin
untuk membuat hidup kalian lebih mudah pada saat yang sulit."
Setengah jam kemudian karyawan membuat daftar hal yang mereka
inginkan manajemen perbuat sehubungan dengan lembur liburan natal mereka. Hal itu
termasuk berbelanja hadiah natal, membungkuskannya, menyediakan taksi saat
lembur, membelikan pizza, dan lain-lain. Dengan cara itu karyawan membuat agreement
dengan perusahaan.
Hasilnya, produksi mencapai rekor baru. Penjualan total naik
tiga kali lipat dalam empat bulan pertama. Karyawan mendapat bonus yang besar. Dan
semua bahagia.
Yang lebih penting, karyawan yang menjalani pengalaman ini
merasa bahwa mereka menjadi bagian dari sesuatu momen istimewa dalam
pekerjaannya. Ini penting. Ini menjadi suatu perjuangan bersama. Ini terjadi
karena pemimpin tidak sekedar membuat rencana, namun mengganti metode paksaan
dengan metode pilihan pribadi. Dan hal itu menimbulkan komitmen dari hati.
Inilah yang dinamakan pembentukan employee
engagement.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar