Halaman

Rabu, Mei 13, 2009

Undangan

Joh 15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.

Minggu kemarin saya menerima undangan pernikahan dari keluarga. Dan waktu menerimanya, pikiran saya kembali melayang ke saat dimana saya masih kerja di percetakan.

Untuk bisa sebuah undangan itu sampai ke tangan kita, perlu proses yang panjang dan tidak sederhana. Dimulai dari pemilihan design. Dalam proses awal ini saja, dulu saya sering menjumpai pasangan yang pada awalnya mesra saat datang, bergandengan tangan, pulang dengan saling cemberut. Marah-marahan. Mengapa? Karena mereka baru temukan bahwa, selera mereka berbeda... hehe...

Setelah itu ada proses setting. Data-data dimasukkan ke dalam design. Pemasukan data ini sering juga menjadi celah dimana kesalahan itu masuk. Salah ketik, salah nama orang tua, salah nama mempelai, salah gelar, salah jam, dst. Ini tahap paling penting. Kesalahan di tahap ini menyebabkan semua proses selanjutnya tak berguna. Jadi koreksi berulang-ulang di tahap ini.

Setelah itu mulailah proses pencetakan. Buat filmnya, koreksi lagi, cetak 1, koreksi lagi, baru cetak masal. Masih ada proses pemotongan, pelipatan, memasukkan ke dalam amplop, dan pengiriman.

Ada satu proses yang mau saya tekankan dalam pembuatan undangan. Yaitu proses pencantuman nama orang yang akan diundang. Bila seseorang mau menikah, ia akan memikirkan siapa saja yang akan diundang. Ia akan memilih. Dari sekian banyak orang yang dia tahu, dia akan sortir. Orang tuanya pun demikian, calon pasangannya pun demikian. Maka ketika kita menerima sebuah undangan, sesungguhnya itu sebuah kehormatan karena KITA DIPILIH.

Maka sungguh sebuah tindakan yang tidak baik sebenarnya, bila kita diundang dan malas datang. Itu menyia-nyiakan 'anugerah'. Mengapa sih kita dijadikan undangan dalam sebuah pesta? Jelas untuk ikut menikmati kebahagiaan bersama yang mengundang. Dan sebenarnya itu adalah pengakuan bahwa kita adalah "sekelas" dengan yang mengundang.

Coba terapkan tulisan di atas ini dalam konteks hubungan kita dengan Tuhan. Tuhan itu yang memilih kita.

Gal 1:15 Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya,

Eph 1:4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Beruntung sekali kita, dipilih. Diundang dalam perjamuan bersama Tuhan. Dengan tujuan, supaya kita kudus dan tak bercacat. Kita dikuduskan. Kita dijadikan "sekelas" dengan Dia. Ada lagi tujuannya, kita harus berbuah. Dan kalau sudah berbuah, hadiahnya, apa yang kita minta dari Tuhan akan diberikan. Wuiiihhh... senangnya. Tinggal kitanya nih, mau dateng gak? Mau terima undanganNya nggak?

2 komentar:

  1. Wheww.. inget pas nikahan ake dan kak anung... Hhehehe.. Nice picture...

    BalasHapus
  2. o ya..
    ak pernah ngalamin kjdian itu..
    wktu it ak ngundang temen, tapii dy gag dateng..
    pdhl ak dah berharap dy dateng..
    nyebelin emang..

    BalasHapus