Halaman

Rabu, Mei 06, 2009

Tangga yang Rusak

Tangga di rumah saya rusak. Anak tangga paling atas jebol. Kayunya dimakan rayap. Akibatnya ada kesulitan tersendiri kalau mau melangkah naik atau turun tangga.

Dalam Alkitab dikatakan bahwa tubuh kita adalah rumah Allah.

Ibrani 3:6 tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.

Maka, saya berpikir dalam "rumah Allah ini", diri kita ini, juga ada perabotannya. Salah satunya ada tangganya. Tangga dalam hidup kita ini berbicara tentang apa sih?

Kejadian 28:12 Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu.

Dalam ayat di atas, sebelum ayat ini terjadi, Yakub belum pernah memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. Ini pertama kali dia mimpi yang rohani. Dalam mimpinya ada tangga dari bumi ke langit. Dan tangga yang tercipta dalam hidup Yakub ini, membuat hidup yang sebelumnya kacau, berubah. Masalah Yakub selesai 1 demi 1.

Sifat tangga adalah penghubung antara lantai bawah dan lantai atas. Maka, tangga dalam tubuh kita ini adalah penghubung antara kita dengan Tuhan. Sepertinya, ada malaikat yang lalu lalang, membawakan doa kita kepada Tuhan dan membawakan kembali jawabannya kepada kita.

Banyak masalah terjadi karena manusia tidak punya hubungan pribadi dengan Tuhan. Karena tidak ada tangga dalam hidupnya. Namun Tuhan itu baik. Dia membagi-bagikan sebuah tangga kepada setiap orang.

Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat, maka ada tangga yang tercipta dalam kehidupan kita. Tetapi seperti halnya sifat dari setiap hubungan, hubungan itu tidak hanya perlu diciptakan. Tapi perlu DIPELIHARA. Jadi masalahnya, tangga itu berfungsi nggak? Masih bagus atau sudah rusak? Membuat sebuah tangga adalah sebuah persoalan, tapi memeliharanya adalah soal lain.

Hubungan dengan Tuhan harus realistis. Ketika kita berbicara (berdoa) kepada Tuhan, apa yang Anda rasakan? Apakah seperti bicara kepada udara kosong atau kepada Seorang Pribadi Yang Agung? Ketika kita menyanyi dan menyembah Tuhan, mengeluarkan kata-kata 'I Love You, Jesus..", apakah terasa nyambung? Apakah perasaan kita benar-benar demikian? Atau biasa-biasa saja? Sekedar emosi seni atau ekspresi seni kah? Itulah indikasi tangga kita ada atau nggak, masih beres atau sudah rusak.

Sekali lagi, HUBUNGAN DENGAN TUHAN PERLU DIPERLIHARA... periksalah diri kita masing-masing ... tangga kita rusak atau masih bagus? Jangan merasa sekali bisa berhubungan dengan Tuhan, terus bisa selamanya 'connect' sewaktu-waktu. Jangan sombong. Kadang merasa sudah pernah mendengar suara Tuhan, merasa sering mimpi, menerima Firman, bahkan berkotbah, pelayanan luar biasa ... lalu mengabaikan 'pencarian kepada Tuhan'.

Jangan heran, bila banyak pendeta, hamba Tuhan, pengkotbah yang 'DULUNYA' luar biasa, tetapi sekarang 'MELEMPEM'. Pasti karena tangganya rusak. Tangganya tidak dipelihara, dan dia tidak menyadarinya. Hmmm.... saya mau introspeksi dulu ah... bagaimana dengan Anda?

1 komentar:

  1. Amen.. orang sering tidak menyadari, bahwa mencari Tuhan itu cost something. kadang cape', males dll. tapi saat kita mau bayar harga dan tetap cari sampai menemukan Dia, hasilnya akan luar biasa dan berdampak dalam hidup kita & orang lain.
    Maju terus, say..!

    BalasHapus