Halaman

Rabu, Mei 27, 2009

Misteri Jalan Turun

Ada sebuah misteri yang saya temukan dalam Alkitab. Bermula dari ayat dalam Ulangan 28:13

Ul 28:13 TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,

Terus terang, ayat di atas ini benar-benar membuat saya frustrasi. Bagaimana mungkin seseorang dapat tetap naik dan bukan turun dalam hidupnya. Bahkan ayat ini sering ditekankan dengan kalimat, "Engkau TIDAK AKAN PERNAH turun." Saya sendiri dalam hidup ini, dalam hal keuangan misalnya, menjalani grafik yang naik turun. Belum lagi dalam hal kesembuhan, ketaatan, kekudusan, bahkan hal-hal kerohanian. Adakah manusia di muka bumi ini yang benar-benar TIDAK PERNAH turun?

Memang ada syarat yang harus dipenuhi untuk ayat itu berlaku, yaitu "... apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,". Itu bukan misteri. Yang menjadi misteri adalah bila syarat itu sudah dipenuhi. Tapi kenapa tetap mengalami turun?

Kenyataannya, tetap saja ada banyak orang benar, yang PERNAH mengalami penurunan. Apakah anda berani mengakui bahwa ANDA TIDAK PERNAH TURUN? Saya lihat di Alkitab. Idem ternyata. Tokoh-tokoh di Alkitab ternyata juga demikian. Tidak ada yang tidak pernah turun. Daud, Yusuf, Ayub, Musa (yang menulis ayat itu sendiri), Paulus, Petrus, dll. Bahkan Yesus sendiri harus "turun" ke alam maut, sebelum naik ke sorga.

Terus apa ayat itu salah? TIDAK! Alkitab tidak mungkin salah. Misteri mulai sedikit tersingkap ketika ayat itu saya lihat dalam versi bahasa Inggrisnya.

(MKJV) And Jehovah shall make you the head, and not the tail. And you shall be always above, and you shall not be beneath, if you listen to the commandments of Jehovah your God, which I command you today, to observe and to do them.

Above artinya di atas bukan naik, Beneath artinya di bawah bukan turun. Jadi janji itu sebenarnya berkata, "Engkau akan selalu berada di atas dan engkau tidak akan berada di bawah." Ini sesuatu yang berbeda. Penurunan jadi dimungkinkan terjadi.

Amsal 24:16 “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.”

Jatuh kan artinya turun. Tapi beda orang benar dan orang fasik ada di kemampuan untuk bangkit kembali. Pada umumnya ada 3 teori tentang kehidupan.

  1. Hidup seperti roda. Kadang di atas kadang di bawah. -> Teori ini saya anggap salah.
    Ulangan 28:13 menjelaskan bahwa kita bukan ada di bawah.
  2. Hidup itu naik terus dan bukan turun. -> Teori ini juga tidak tepat. Kenyataannya selalu ada tahap penurunan sebelum naik lagi.
  3. Hidup itu seperti naik ke puncak gunung. Ada jalan berkelok-kelok, turun, ada yang naik, tapi selalu menuju ke puncak. Inilah jalan hidup kita.

Jalan menuju ke puncak gunung, dimanapun, tidak ada yang naik lurus tajam. Pasti berkelok, dan ada yang turun. Sadar nggak, ketika pergi ke puncak tidak semua jalan naik, tetapi ada jalan yang turun. Tetapi walaupun jalan itu turun, tujuan akhir tetap ke puncak.

Kenapa hidup seperti naik ke puncak gunung? Karena turun itu berguna. Dalam penurunan ada banyak hal yang bisa kita kerjakan.

1. Moment to find God more than ever (Saat untuk menemukan Tuhan lebih dari biasanya)

Saat anda sedang naik, banyak orang mau dekat dengan anda. Tapi pada saat turun, anda akan tahu mana teman yang sebenarnya. Roh Kudus sebagai penghibur. Jadi sadari, bahwa meskipun kita sedang turun, sebenarnya kita tetap sedang menuju ke puncak.

Ayub dalam masa paling bawahnya menemukan Tuhan dan bisa berkata, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau." (Ayub 42:5)

2. Moment to Evaluate (Saat untuk evaluasi)

Pada waktu turun kita bisa melakukan evaluasi. Ada kesempatan untuk berhenti dan menata ulang organisasi kita supaya lain kali kita bisa lebih efisien, efektif. Pada saat naik, kita tidak pernah punya waktu untuk pikirkan itu semua.

Namun banyak orang panik pada saat turun. Aduh gimana nih penjualan turun bulan ini? Hey... santai dulu. Kamu tetap menuju puncak. Ini hanya waktu untuk evaluasi diri. Begitu kita sadari ini, maka dalam perjalanan menuju puncak, tidak peduli anda sedang di jalanan naik atau di jalanan turun, anda bisa menikmati perjalanan! Dalam waktu ini, belajarlah untuk jujur kepada Tuhan.

3. Moment to Rest and Gain more Strength (Saat untuk istirahat dan mengumpulkan kekuatan)

Sebuah mobil yang terus-menerus naik akan mengalami kerusakan. Diperlukan tenaga yang besar. Kerja keras, kuras tenaga, karakter yang kuat untuk bisa tahan itu semua.

Menjelang hari besar, supermarket pasti naik tinggi omsetnya. Pelayan supermarket harus bekerja lebih keras karena barang cepat terjual. Harus bolak balik gudang, ambil barang. Tidak bisa istirahat. Bahkan harus lembur. Tidak ada libur. Hari Minggu pun harus masuk.

Bayangkan kalau keadaan terus begitu dan terus naik tidak pernah turun. Kira-kira apa yang terjadi dengan karyawannya? Exhausted, sakit, bisa-bisa mati. Waktu kita on the way down, kita bisa istirahat sebentar untuk mengumpulkan tenaga kembali.

4. Moment to Purify (Saatnya pemurnian)

Ada pemurnian yang terjadi dalam masa penurunan. Kita akan diuji. Bagaimana kerendahan hari kita? Bagaimana sukacita kita? Bagaimana pencarian kita terhadap Allah? Reaksi kita pada waktu turun, akan menentukan cara anda naik ke posisi berikutnya. Kalau anda panik dan tidak menggunakan waktu anda dengan benar, maka anda tidak bisa naik ke posisi berikutnya.

Problems

Setelah tahu gunanya, kita perlu tahu, problem yang terjadi pada waktu turun. Pasti ada tekanan, stress, panik, takut, dan yang paling berbahaya adalah iri. Stress, panik, takut itu wajar, dikelola saja dan dihadapi. Seperti orang naik rollercoaster, kalau pas mau turun, kita teriak-teriak ketakutan. Itu masih wajar. Cukup pikirkan, bahwa ini sebenarnya sedang menuju puncak.

Tapi iri itu bahaya. Perhatikan, pada saat kita turun, kita sering kali berpapasan dengan orang yang tampaknya naik. Padahal mereka sedang turun gunung dan kita naik gunung. Kemudian kita iri. Kita protes ke Tuhan, " Kenapa saya turun, tapi orang yang jahat itu malah naik?" Hey... Ingat! Mereka sedang turun gunung.

Amsal 3:31 “Janganlah iri hati kepada orang yang melakukan kelaliman, dan janganlah memilih satupun dari jalannya”

Banyak orang tidak tahan dengan turunan, iri, dan mereka putar balik ikut jalan orang fasik. Memang tampaknya jadi naik. Kemudian mereka bisa bilang, “Ini baru berkat. Ini jalan yang benar!” Padahal itu jalan turun gunung. Sebaliknya kalau orang fasik bertobat dan putar balik, menuju puncak, akan sangat mungkin berkata, “Kok, ikut Tuhan jadi miskin? Turun berkatnya?” Tapi ingat sebenarnya dia sedang menuju puncak.

Tenang aja. Turun hanyalah sementara. Ini masa persiapan. Untuk naik ke tempat yang lebih tinggi dari tempat kemarin. Untuk menuju puncak. Jangan takut. So... the mystery is solved.

1 komentar:

  1. Aku juga pernah ngalamin kayak gini mas, bahkan semua orang deh kayaknya. Ada turun naik tapi yang pasti kita sedang menuju puncak.
    Aku pernah berpikir dulu kenapa sih orang itu jahat tapi malah "diberkati" kehidupannya sampe-sampe kita yang taat sama Firman aja ngak kayak gitu malah banyak masalah. Hehhee.. Tapi ternyata aku udah temuin jawabnya di artikel ini, bahwa sebenarnya mereka sedang berjalan turun.... Thanks mas buat share nya.

    BalasHapus