Halaman

Kamis, Mei 28, 2009

Absolute Power isn't always Corrupt

John Dalberg-Acton pernah berkata, "Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely." Menurut dia, Orang yang berkuasa cenderung untuk bertindak korup. Dan kekuasaan yang absolut pasti akan menyebabkan korupsi. Maka dalam pemerintahan dunia dibuat begitu banyak kontrol untuk membatasi kekuasaan.

Namun dalam Alkitab, ada contoh dimana teori diatas, bisa tidak terjadi. Dan kita wajib untuk meniru tokoh ini. Abraham memiliki seorang hamba. Dan begitu berharganya hamba ini di mata Abraham, sampai-sampai Abraham mempercayakan segalanya kepadanya.

Kej 24:1-9 Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati TUHAN dalam segala hal. 2 Berkatalah Abraham kepada hambanya yang paling tua dalam rumahnya, yang menjadi kuasa atas segala kepunyaannya, katanya: "Baiklah letakkan tanganmu di bawah pangkal pahaku,

Hamba ini adalah orang yang sangat setia pada Abraham. Sejak masa-masa susah. Ketika Abraham belum punya anak. Dan sampai masa tua Abraham, dia tetap mengabdi. Dan sebenarnya, kalau saja Abraham tidak diberi anak oleh Tuhan, dia yang akan menjadi ahli waris.

Kej 15:3 Lagi kata Abram: "Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku."

Suatu ketika, ia ditugasi Abraham untuk mencarikan jodoh buat anaknya. Ia harus mencari di tanah leluhur Abraham yang jauh. Nah, inilah kesempatan bagi hamba itu. Hamba ini akan punya banyak peluang untuk berbuat curang.

Perhatikan fakta berikut ini. Bosnya sangat kaya. Ia dipercaya penuh. Ia disuruh pergi untuk mencarikan jodoh buat anaknya. Ia bawa banyak harta. Abraham sudah tua 140 th , Sarah sudah meninggal 3 th sebelumnya. Dia pergi jauh ke tempat leluhur Abraham, dimana Abraham sudah berjanji untuk tidak menginjakkan kakinya lagi ke sana. Dan ia tidak mengijinkan anaknya ke sana.

Kalau hamba ini mau melarikan diri, dan tidak kembali, Abraham tidak mungkin mengejar. Abraham pun tidak akan merasa kehilangan dengan hilangnya harta sedemikian. Bagi Abraham tidak begitu berarti harta itu. Tapi bagi seorang hamba itu bisa membuatnya kaya. Namun semua itu tidak dilakukannya.

Banyak orang tidak berbuat jahat, hanya karena tidak ada peluang. Namun pikirannya penuh berisi pengandaian-pengandaian yang menginginkan perbuatan jahat, curang, jinah, dll. Begitu ada sedikit peluang saja, berlomba-lombalah orang melakukan kejahatan. Kalau orang tidak melakukan kejahatan karena tidak punya kesempatan, itu biasa. Tapi kalau ada orang yang tetap tidak berbuat kejahatan, walaupun kesempatan terbuka lebar. Itu baru luar biasa. Hamba ini berbeda, ia punya kualitas yang luar biasa.

Pertama, hamba ini tidak mau memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingannya sendiri. Ia jelas-jelas sudah tidak mungkin mendapat warisan dari tuannya. Tuannya sudah punya anak yang sekarang kepentingannya sedang dia usahakan. Ia bisa saja berbuat asal-asalan. Tidak ada yang mengawasi dia. Tapi dia melakukan yang terbaik. Semaksimal mungkin.

Kadang kita tidak mencapai kemaksimalan dalam karir kita, karena kita memang berbuat asal-asalan. Coba kita contoh orang ini. Ia doing the best saat tidak ada yang mengawasi.

Kedua, Hamba ini mengutamakan kepentingan tuannya, walaupun untuk itu ia sendiri harus berkorban.

33 Tetapi ketika dihidangkan makanan di depannya, berkatalah orang itu: "Aku tidak akan makan sebelum kusampaikan pesan yang kubawa ini." Jawab Laban: "Silakan!"

Hamba ini melakukan perjalanan jauh (350-400km). Pasti capek, lapar. Tapi dia tidak mau makan sebelum kepentingan tuannya selesai. Kebanyakan orang akan mengutamakan kepentingan dirinya sendiri dahulu. Tapi hamba ini tidak.

Sudahkah kita mengutamakan kepentingan bos kita? Kepentingan perusahaan? Kepentingan gereja? Kepentingan Tuhan? Atau hanya kepentingan diri sendiri terus?

Ketiga, hamba ini fokus pada tujuan.

56 Tetapi jawabnya kepada mereka: "Janganlah tahan aku, sedang TUHAN telah membuat perjalananku berhasil; lepaslah aku, supaya aku pulang kepada tuanku."

Hamba ini bisa saja, tinggal lebih lama. Menikmati previlege (hak istimewa) sebagai wakil tuannya. Abraham tidak akan tahu apakah ia langsung pulang atau nggak. Tidak ada juga perintah dari Abraham untuk langsung pulang, Tapi orang ini punya inisiatif untuk sesegera mungkin menyelesaikan tugasnya.

Penyakit abad ini adalah prokrastinasi (suka menunda-nunda). Di dunia psikologi barat, banyak sekali orang yang menerima terapi berbulan-bulan untuk menyembuhkan prokrastinasi. Seorang tokoh Kristen, Edmund Burke berkata, "Satu-satunya hal penting dalam kemenangan setan adalah orang-orang benar tidak melakukan apa-apa atau menunda melakukan sesuatu yang benar."

Luar biasa hamba ini. Bila kita terapkan kualitas hidupnya dalam hidup kita sekarang ini, maka pasti tuan kita akan bahagia. Baik tuan kita di bumi maupun di sorga. Dan hamba yang baik ini di akhir cerita bisa kita lihat, bahwa ia ikut menikmati kebahagiaan tuannya.

Di antara ketiga hal ini, mana yang menjadi penyakit kita? Suka memanfaatkan peluang untuk berbuat jahat? Atau mementingkan diri sendiri terus? Atau suka menunda-nunda? Mari kita introspeksi dan kita berantas. Be a good servant... Servant of God.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar