Halaman

Jumat, Mei 29, 2009

Kapok Lombok

Mazmur 119:73 Tangan-Mu telah menjadikan aku dan membentuk aku, berilah aku pengertian, supaya aku dapat belajar perintah-perintah-Mu.

Pernah dengar tentang Billi Lim? Dia adalah orang yang sepanjang hidupnya selalu gagal. Banyak cerita-cerita kegagalannya yang sangat menarik dan bisa menginspirasi orang lain. Dia kumpulkan cerita kegagalannya. Dia tulis buku "Dare to Fail" dan langsung menjadi no 1 best seller. Sulit sekali mencari bukunya di Toko Buku langganan saya, selalu habis.

Dia sekarang dikenal sebagai failure guru. Seminarnya berharga jutaan. Kemarin (23 Mei 2009), dia adakan seminar di Jakarta. Tiketnya Rp. 2.500.00. Wuiih...

Dia berkata, "Kegagalan memang menyakitkan. Tak ada yang suka padanya. Tapi, kita harus mampu belajar darinya. Seringkali, setiap terjadi kegagalan kita hanya meratapinya. Solusinya adalah belajar dari kegagalan itu. Kegagalan mengajarkan kita :

  • rasa malu,
  • hati-hati dalam bertindak,
  • sabar
  • belas kasihan
  • kerendahan hati

Tapi karena sifat dasar kegagalan yang memalukan dan tidak menyenangkan emosi, maka kita cenderung berusaha melupakannya.

Di Napple, New York ada museum unik, namanya International Supermarket and Museum. Di sini disimpan tak kurang dari 60.000 jenis barang konsumen yang pernah gagal. Sebagai pembanding, dipajang juga produk-produk yang sukses. Cuma 15.000!

Motorola memiliki sebuah museum di Schaumburg, Illinois. Di situ dipajang juga produk-produk inovatif yang gagal. Ada macam-macam. Dan semua itu dipasang untuk pelajaran bagi generasi penerus untuk dipelajari.

Ada sebuah museum lagi di Michigan. Selama 30 tahun, dikumpulkan produk-produk yang sudah diciptakan dan gagal. Ada 110.000 barang. Dan hebatnya, tiket masuk museum ini tidaklah murah. Untuk masuk diperlukan $5000 (Rp. 50 jutaan). Itu tarif untuk 1 grup selama seminggu meneliti di museum itu. Dan museum ini laku keras, sampai-sampai pengunjung yang kebanyakan utusan dari perusahaan-perusahaan besar, dibatasi hanya maksimal 3 grup seminggu.

Mengapa trend ini begitu mengemuka sekarang? Orang mulai sadar, betapa pentingnya belajar dari kesalahan. Mereka bersedia bayar mahal untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Sudah begitu banyak terjadi kesalahan di dunia ini. Dan juga terjadi di hidup kita. Sayangnya kesalahan berkali-kali terjadi karena kita tidak "mengoleksi" kesalahan itu dalam hidup kita. Kita begitu mudah melupakannya.

Bahasa jawa yang sering dipakai adalah "kapok lombok". Kapok artinya menyesal, tidak mau mengulangi lagi. Lombok artinya cabai. Banyak orang ketika makan sambal dan kepedasan bilang, "Ah... pedes banget... besok gak mau lagi ah..!" Mungkin masih disambung maki-makian. Tapi tentu saja kita tahu bahwa, mereka akan tetap memakan sambal lagi.

Ada orang yang pernah kena penyakit kelamin karena berhubungan seks sembarangan. Bilang kapok. Tapi setelah sembuh, mengulangi lagi. Ada yang batuk parah karena merokok, dan dokter bilang, "Kalau kamu gak berhenti merokok kamu mati." Dan berhenti merokok. Tapi setelah agak sembuh merokok lagi.

Begitu pula dengan pola hidup konsumtif, pola hidup berbohong, selingkuh, berhutang, mencuri, dan lain-lain. Kapok Lombok terjadi karena kita begitu mudah melupakan kesulitan, ketidaknyamanan, kerugian, yang pernah kita alami sebelumnya. KOLEKSILAH kesalahanmu, dan ingat-ingat perasaan yang kau alami, supaya kesalahanmu tidak kau ulangi.

Dalam kegagalan pasti kita rasakan intimidasi. Rasa tertindas. Rasa putus asa, merasa sendirian, dan berbagai emosi negatif. Namun itu Tuhan beri, agar kita bisa belajar darinya. Daud mengalaminya dan mengungkapkannya dengan sangat indah.

Mazmur 119:71 Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.

Belajarlah dari kegagalan. Jangan diulangi. Dan dapatkan manfaat darinya. Alkitab berisi serangkaian contoh-contoh kehidupan juga. Disitu kita bisa belajar dari berbagai peristiwa, berbagai kesalahan yang terjadi. Dan GRATIS. Ayo... perbanyak baca Alkitab. Dengannya kita bisa menjadi lebih bijaksana, lebih bersyukur memandang hidup kita.

Mazmur 119:7 Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil.

Seburuk-buruknya kegagalan, kita tetap bisa belajar darinya. Seburuk apapun situasinya, kita masih bisa menyelamatkan perut. Kalau masak nasi, kebanyakan air, kita bisa menciptakan bubur, kalau hangus bisa dijemur jadi kerupuk. Jangan takut gagal. Jangan alergi dengan kesalahan. Learn from it... ini yang terus sedang saya lakukan.

Kamis, Mei 28, 2009

Absolute Power isn't always Corrupt

John Dalberg-Acton pernah berkata, "Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely." Menurut dia, Orang yang berkuasa cenderung untuk bertindak korup. Dan kekuasaan yang absolut pasti akan menyebabkan korupsi. Maka dalam pemerintahan dunia dibuat begitu banyak kontrol untuk membatasi kekuasaan.

Namun dalam Alkitab, ada contoh dimana teori diatas, bisa tidak terjadi. Dan kita wajib untuk meniru tokoh ini. Abraham memiliki seorang hamba. Dan begitu berharganya hamba ini di mata Abraham, sampai-sampai Abraham mempercayakan segalanya kepadanya.

Kej 24:1-9 Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati TUHAN dalam segala hal. 2 Berkatalah Abraham kepada hambanya yang paling tua dalam rumahnya, yang menjadi kuasa atas segala kepunyaannya, katanya: "Baiklah letakkan tanganmu di bawah pangkal pahaku,

Hamba ini adalah orang yang sangat setia pada Abraham. Sejak masa-masa susah. Ketika Abraham belum punya anak. Dan sampai masa tua Abraham, dia tetap mengabdi. Dan sebenarnya, kalau saja Abraham tidak diberi anak oleh Tuhan, dia yang akan menjadi ahli waris.

Kej 15:3 Lagi kata Abram: "Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku."

Suatu ketika, ia ditugasi Abraham untuk mencarikan jodoh buat anaknya. Ia harus mencari di tanah leluhur Abraham yang jauh. Nah, inilah kesempatan bagi hamba itu. Hamba ini akan punya banyak peluang untuk berbuat curang.

Perhatikan fakta berikut ini. Bosnya sangat kaya. Ia dipercaya penuh. Ia disuruh pergi untuk mencarikan jodoh buat anaknya. Ia bawa banyak harta. Abraham sudah tua 140 th , Sarah sudah meninggal 3 th sebelumnya. Dia pergi jauh ke tempat leluhur Abraham, dimana Abraham sudah berjanji untuk tidak menginjakkan kakinya lagi ke sana. Dan ia tidak mengijinkan anaknya ke sana.

Kalau hamba ini mau melarikan diri, dan tidak kembali, Abraham tidak mungkin mengejar. Abraham pun tidak akan merasa kehilangan dengan hilangnya harta sedemikian. Bagi Abraham tidak begitu berarti harta itu. Tapi bagi seorang hamba itu bisa membuatnya kaya. Namun semua itu tidak dilakukannya.

Banyak orang tidak berbuat jahat, hanya karena tidak ada peluang. Namun pikirannya penuh berisi pengandaian-pengandaian yang menginginkan perbuatan jahat, curang, jinah, dll. Begitu ada sedikit peluang saja, berlomba-lombalah orang melakukan kejahatan. Kalau orang tidak melakukan kejahatan karena tidak punya kesempatan, itu biasa. Tapi kalau ada orang yang tetap tidak berbuat kejahatan, walaupun kesempatan terbuka lebar. Itu baru luar biasa. Hamba ini berbeda, ia punya kualitas yang luar biasa.

Pertama, hamba ini tidak mau memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingannya sendiri. Ia jelas-jelas sudah tidak mungkin mendapat warisan dari tuannya. Tuannya sudah punya anak yang sekarang kepentingannya sedang dia usahakan. Ia bisa saja berbuat asal-asalan. Tidak ada yang mengawasi dia. Tapi dia melakukan yang terbaik. Semaksimal mungkin.

Kadang kita tidak mencapai kemaksimalan dalam karir kita, karena kita memang berbuat asal-asalan. Coba kita contoh orang ini. Ia doing the best saat tidak ada yang mengawasi.

Kedua, Hamba ini mengutamakan kepentingan tuannya, walaupun untuk itu ia sendiri harus berkorban.

33 Tetapi ketika dihidangkan makanan di depannya, berkatalah orang itu: "Aku tidak akan makan sebelum kusampaikan pesan yang kubawa ini." Jawab Laban: "Silakan!"

Hamba ini melakukan perjalanan jauh (350-400km). Pasti capek, lapar. Tapi dia tidak mau makan sebelum kepentingan tuannya selesai. Kebanyakan orang akan mengutamakan kepentingan dirinya sendiri dahulu. Tapi hamba ini tidak.

Sudahkah kita mengutamakan kepentingan bos kita? Kepentingan perusahaan? Kepentingan gereja? Kepentingan Tuhan? Atau hanya kepentingan diri sendiri terus?

Ketiga, hamba ini fokus pada tujuan.

56 Tetapi jawabnya kepada mereka: "Janganlah tahan aku, sedang TUHAN telah membuat perjalananku berhasil; lepaslah aku, supaya aku pulang kepada tuanku."

Hamba ini bisa saja, tinggal lebih lama. Menikmati previlege (hak istimewa) sebagai wakil tuannya. Abraham tidak akan tahu apakah ia langsung pulang atau nggak. Tidak ada juga perintah dari Abraham untuk langsung pulang, Tapi orang ini punya inisiatif untuk sesegera mungkin menyelesaikan tugasnya.

Penyakit abad ini adalah prokrastinasi (suka menunda-nunda). Di dunia psikologi barat, banyak sekali orang yang menerima terapi berbulan-bulan untuk menyembuhkan prokrastinasi. Seorang tokoh Kristen, Edmund Burke berkata, "Satu-satunya hal penting dalam kemenangan setan adalah orang-orang benar tidak melakukan apa-apa atau menunda melakukan sesuatu yang benar."

Luar biasa hamba ini. Bila kita terapkan kualitas hidupnya dalam hidup kita sekarang ini, maka pasti tuan kita akan bahagia. Baik tuan kita di bumi maupun di sorga. Dan hamba yang baik ini di akhir cerita bisa kita lihat, bahwa ia ikut menikmati kebahagiaan tuannya.

Di antara ketiga hal ini, mana yang menjadi penyakit kita? Suka memanfaatkan peluang untuk berbuat jahat? Atau mementingkan diri sendiri terus? Atau suka menunda-nunda? Mari kita introspeksi dan kita berantas. Be a good servant... Servant of God.

Rabu, Mei 27, 2009

Misteri Jalan Turun

Ada sebuah misteri yang saya temukan dalam Alkitab. Bermula dari ayat dalam Ulangan 28:13

Ul 28:13 TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,

Terus terang, ayat di atas ini benar-benar membuat saya frustrasi. Bagaimana mungkin seseorang dapat tetap naik dan bukan turun dalam hidupnya. Bahkan ayat ini sering ditekankan dengan kalimat, "Engkau TIDAK AKAN PERNAH turun." Saya sendiri dalam hidup ini, dalam hal keuangan misalnya, menjalani grafik yang naik turun. Belum lagi dalam hal kesembuhan, ketaatan, kekudusan, bahkan hal-hal kerohanian. Adakah manusia di muka bumi ini yang benar-benar TIDAK PERNAH turun?

Memang ada syarat yang harus dipenuhi untuk ayat itu berlaku, yaitu "... apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,". Itu bukan misteri. Yang menjadi misteri adalah bila syarat itu sudah dipenuhi. Tapi kenapa tetap mengalami turun?

Kenyataannya, tetap saja ada banyak orang benar, yang PERNAH mengalami penurunan. Apakah anda berani mengakui bahwa ANDA TIDAK PERNAH TURUN? Saya lihat di Alkitab. Idem ternyata. Tokoh-tokoh di Alkitab ternyata juga demikian. Tidak ada yang tidak pernah turun. Daud, Yusuf, Ayub, Musa (yang menulis ayat itu sendiri), Paulus, Petrus, dll. Bahkan Yesus sendiri harus "turun" ke alam maut, sebelum naik ke sorga.

Terus apa ayat itu salah? TIDAK! Alkitab tidak mungkin salah. Misteri mulai sedikit tersingkap ketika ayat itu saya lihat dalam versi bahasa Inggrisnya.

(MKJV) And Jehovah shall make you the head, and not the tail. And you shall be always above, and you shall not be beneath, if you listen to the commandments of Jehovah your God, which I command you today, to observe and to do them.

Above artinya di atas bukan naik, Beneath artinya di bawah bukan turun. Jadi janji itu sebenarnya berkata, "Engkau akan selalu berada di atas dan engkau tidak akan berada di bawah." Ini sesuatu yang berbeda. Penurunan jadi dimungkinkan terjadi.

Amsal 24:16 “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.”

Jatuh kan artinya turun. Tapi beda orang benar dan orang fasik ada di kemampuan untuk bangkit kembali. Pada umumnya ada 3 teori tentang kehidupan.

  1. Hidup seperti roda. Kadang di atas kadang di bawah. -> Teori ini saya anggap salah.
    Ulangan 28:13 menjelaskan bahwa kita bukan ada di bawah.
  2. Hidup itu naik terus dan bukan turun. -> Teori ini juga tidak tepat. Kenyataannya selalu ada tahap penurunan sebelum naik lagi.
  3. Hidup itu seperti naik ke puncak gunung. Ada jalan berkelok-kelok, turun, ada yang naik, tapi selalu menuju ke puncak. Inilah jalan hidup kita.

Jalan menuju ke puncak gunung, dimanapun, tidak ada yang naik lurus tajam. Pasti berkelok, dan ada yang turun. Sadar nggak, ketika pergi ke puncak tidak semua jalan naik, tetapi ada jalan yang turun. Tetapi walaupun jalan itu turun, tujuan akhir tetap ke puncak.

Kenapa hidup seperti naik ke puncak gunung? Karena turun itu berguna. Dalam penurunan ada banyak hal yang bisa kita kerjakan.

1. Moment to find God more than ever (Saat untuk menemukan Tuhan lebih dari biasanya)

Saat anda sedang naik, banyak orang mau dekat dengan anda. Tapi pada saat turun, anda akan tahu mana teman yang sebenarnya. Roh Kudus sebagai penghibur. Jadi sadari, bahwa meskipun kita sedang turun, sebenarnya kita tetap sedang menuju ke puncak.

Ayub dalam masa paling bawahnya menemukan Tuhan dan bisa berkata, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau." (Ayub 42:5)

2. Moment to Evaluate (Saat untuk evaluasi)

Pada waktu turun kita bisa melakukan evaluasi. Ada kesempatan untuk berhenti dan menata ulang organisasi kita supaya lain kali kita bisa lebih efisien, efektif. Pada saat naik, kita tidak pernah punya waktu untuk pikirkan itu semua.

Namun banyak orang panik pada saat turun. Aduh gimana nih penjualan turun bulan ini? Hey... santai dulu. Kamu tetap menuju puncak. Ini hanya waktu untuk evaluasi diri. Begitu kita sadari ini, maka dalam perjalanan menuju puncak, tidak peduli anda sedang di jalanan naik atau di jalanan turun, anda bisa menikmati perjalanan! Dalam waktu ini, belajarlah untuk jujur kepada Tuhan.

3. Moment to Rest and Gain more Strength (Saat untuk istirahat dan mengumpulkan kekuatan)

Sebuah mobil yang terus-menerus naik akan mengalami kerusakan. Diperlukan tenaga yang besar. Kerja keras, kuras tenaga, karakter yang kuat untuk bisa tahan itu semua.

Menjelang hari besar, supermarket pasti naik tinggi omsetnya. Pelayan supermarket harus bekerja lebih keras karena barang cepat terjual. Harus bolak balik gudang, ambil barang. Tidak bisa istirahat. Bahkan harus lembur. Tidak ada libur. Hari Minggu pun harus masuk.

Bayangkan kalau keadaan terus begitu dan terus naik tidak pernah turun. Kira-kira apa yang terjadi dengan karyawannya? Exhausted, sakit, bisa-bisa mati. Waktu kita on the way down, kita bisa istirahat sebentar untuk mengumpulkan tenaga kembali.

4. Moment to Purify (Saatnya pemurnian)

Ada pemurnian yang terjadi dalam masa penurunan. Kita akan diuji. Bagaimana kerendahan hari kita? Bagaimana sukacita kita? Bagaimana pencarian kita terhadap Allah? Reaksi kita pada waktu turun, akan menentukan cara anda naik ke posisi berikutnya. Kalau anda panik dan tidak menggunakan waktu anda dengan benar, maka anda tidak bisa naik ke posisi berikutnya.

Problems

Setelah tahu gunanya, kita perlu tahu, problem yang terjadi pada waktu turun. Pasti ada tekanan, stress, panik, takut, dan yang paling berbahaya adalah iri. Stress, panik, takut itu wajar, dikelola saja dan dihadapi. Seperti orang naik rollercoaster, kalau pas mau turun, kita teriak-teriak ketakutan. Itu masih wajar. Cukup pikirkan, bahwa ini sebenarnya sedang menuju puncak.

Tapi iri itu bahaya. Perhatikan, pada saat kita turun, kita sering kali berpapasan dengan orang yang tampaknya naik. Padahal mereka sedang turun gunung dan kita naik gunung. Kemudian kita iri. Kita protes ke Tuhan, " Kenapa saya turun, tapi orang yang jahat itu malah naik?" Hey... Ingat! Mereka sedang turun gunung.

Amsal 3:31 “Janganlah iri hati kepada orang yang melakukan kelaliman, dan janganlah memilih satupun dari jalannya”

Banyak orang tidak tahan dengan turunan, iri, dan mereka putar balik ikut jalan orang fasik. Memang tampaknya jadi naik. Kemudian mereka bisa bilang, “Ini baru berkat. Ini jalan yang benar!” Padahal itu jalan turun gunung. Sebaliknya kalau orang fasik bertobat dan putar balik, menuju puncak, akan sangat mungkin berkata, “Kok, ikut Tuhan jadi miskin? Turun berkatnya?” Tapi ingat sebenarnya dia sedang menuju puncak.

Tenang aja. Turun hanyalah sementara. Ini masa persiapan. Untuk naik ke tempat yang lebih tinggi dari tempat kemarin. Untuk menuju puncak. Jangan takut. So... the mystery is solved.

Sadrakh, Mesakh, Abednego's Lesson

Hidup ini rasanya kok makin sulit. Apa-apa mahal. Gaji nggak naik. Yang kuliah atau sekolah, mikirin ujian, kelulusan. Yang kos mikir kiriman uang. Masih ditambah lagi, masalah jodoh, dah makin tua masih gak ada yang naksir.... hehehe...

Nah, dalam Alkitab ada 3 orang yang mengalami masa sulit. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Mereka dalam pembuangan. Dijajah, tanpa ada harapan kapan merdeka. Ini adalah sebuah kehidupan yang sulit. Namun mereka bisa bertahan. Bahkan di akhir cerita kita bisa lihat bahwa mereka dianugerahi kedudukan tinggi dan hidup mewah. Namun ada jalan turunan yang harus dilalui untuk mencapai puncak.

Apa sih yang mereka lakukan dalam hidup mereka?

1. Mereka tetap tidak tercemar

Ada hubungan yang signifikan antara hidup yang tidak tercemar dengan kesuksesan. Baca: Kitab 1-2Tawarikh & 1-2Raja-raja. Ada buktinya disana. Semua cerita tentang kejatuhan Israel dimulai dari kalimat 'mereka melakukan apa yang jahat di mata Tuhan'. Sebaliknya setiap kebangkitan Israel dimulai dari 'mereka melakukan apa yang benar di mata Tuhan.'

Dan 3:12 Ada beberapa orang Yahudi, yang kepada mereka telah tuanku berikan pemerintahan atas wilayah Babel, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, orang-orang ini tidak mengindahkan titah tuanku, ya raja: mereka tidak memuja dewa tuanku dan tidak menyembah patung emas yang telah tuanku dirikan."

Mari kita perhatikan arti nama-nama yang diberikan oleh Pemimpin pegawai istana kepada mereka:

Dan 1:7 Pemimpin pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan Azarya dinamainya Abednego.

  • Hananya: Tuhan memberi segalanya kepadaku (Bergantung pada Tuhan)
    Sadrakh: Teman baik raja (Bergantung pada Raja).
  • Misael: Siapa yg seperti Tuhan? (Kekaguman kepada Tuhan).
    Mesakh: anak domba yang cantik (Kekaguman pada diri sendiri).
  • Azarya: Yang ditolong Tuhan (Hamba dari Tuhan),
    Abednego: Hamba dari Nego (salah satu dewa Babel)

Pemberian nama bertujuan agar mereka melupakan ke-israel-annya. Mereka diberi nama yang sangat bertentangan dengan keyakinan mereka. Tapi mereka tidak terpengaruh oleh nama-nama itu.

Sebenarnya dunia ini juga berusaha menempelkan capnya kepada kita. Ada banyak nilai-nilai dunia, musik dunia, tontonan sinetron, buku, novel, film, yang menanamkan sesuatu yang membuat kita melupakan ke-israel-an kita. Sayangnya, banyak dari kita mengadopsi cara hidup/cara pandang orang dunia dalam menjalani hidup ini. Alasannya agar bisa beradaptasi, gak fanatik, toleransi, dll. Tapi akibatnya kita menjalani hidup yang tercemar.

Demikian juga cara pandang kita. Kadang kita dipengaruhi oleh omongan orang, berita-berita dunia, atau analisis manusia. Namun sebagai orang percaya, kita harus memiliki keyakinan yang benar. Raja berusaha mempengaruhi Sadrakh, Mesakh, Abednego, namun mereka tetap tidak tercemar. Terbukti dengan mereka tetap menyembah Allah Israel.

2. Mereka punya iman yang tidak bersyarat.

16 Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. 17 Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; 18 tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."

Ayat diatas kalau disingkat akan berbunyi kira-kira demikian, "Mau hidup kek, mau mati kek, aku tetap memuja Allahku." Sebuah kesetiaan yang tanpa syarat. Banyak orang memberi syarat kepada Tuhan. Tuhan aku mau ke gereja asal aku diperkaya. Asal aku sembuh. Asal aku gak dapet masalah. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego adalah orang yang ikut Tuhan tanpa syarat.

3. Mereka menunjukkan kehadiran Tuhan melalui hidup mereka.

26 Lalu Nebukadnezar mendekati pintu perapian yang bernyala-nyala itu; berkatalah ia: "Sadrakh, Mesakh dan Abednego, hamba-hamba Allah yang maha tinggi, keluarlah dan datanglah ke mari!" Lalu keluarlah Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari api itu.

Mereka menerima nama yang diberikan tanpa menjadi tercemar. Namun sekaligus mereka menunjukkan ke semua orang bahwa Allah mereka adalah Allah yang benar. Mereka hidup dengan benar, mereka mendemonstrasikan kuasa Allah dalam hidup mereka.

Dan EFEK YANG DAHSYAT DARI ke 3 hal tadi :

A. TUHAN melindungi mereka dari perapian.

B. Iman dan tindakan mereka mengubah raja!!

  1. Raja memuji Allah mereka.
    28 Berkatalah Nebukadnezar: "Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah manapun kecuali Allah mereka.
  2. Raja mengubah undang-undangnya. Semua orang harus menyembah Allah Israel.
    29 Sebab itu aku mengeluarkan perintah, bahwa setiap orang dari bangsa, suku bangsa atau bahasa manapun ia, yang mengucapkan penghinaan terhadap Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, akan dipenggal-penggal dan rumahnya akan dirobohkan menjadi timbunan puing, karena tidak ada allah lain yang dapat melepaskan secara demikian itu."

C. Mereka mengalami kelimpahan.

30 Lalu raja memberikan kedudukan tinggi kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego di wilayah Babel.

Sering kita mau ujungnya aja. Kelimpahan. Kemewahan. Tapi bisakah kita melakukan hal-hal seperti mereka? Mereka :

  1. Hidup benar di mata Tuhan
  2. Punya iman yang tidak bersyarat kepada Tuhan
  3. Memberitakan Tuhan melalui hidup

Jumat, Mei 22, 2009

Just Do It!

Ada saat dimana kita benar-benar membutuhkan mujizat, lebih dari waktu-waktu lain. Ada saat-saat, dimana HARUS terjadi mujizat. Kalau tidak celakalah kita. Daud pernah mengalami saat kritis dalam hidupnya. Ia tuangkan dalam kalimat-kalimat dramatis.

Mazmur 69:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Bunga bakung. Dari Daud. 2 Selamatkanlah aku, ya Allah, sebab air telah naik sampai ke leherku! 3 Aku tenggelam ke dalam rawa yang dalam, tidak ada tempat bertumpu; aku telah terperosok ke air yang dalam, gelombang pasang menghanyutkan aku.

Daud merasa, mau tidak mau harus ada mujizat. Air sudah sampai di leher. Kalau tidak ada mujizat, tenggelam. Harus ada terobosan yang terjadi. Saya berkali-kali mengalami hal ini. Dan peristiwa-peristiwa yang terjadi membuat saya menjadi semakin percaya dan menggantungkan diri kepada Allah. Namun ada syarat utama yang harus dilakukan.

Dalam peristiwa perkawinan di Kana, si penyelenggara pesta panik. Dia mengundang orang banyak, tapi kehabisan anggur. Bagi seorang penyelenggara pesta itu adalah aib. Bukan masalah hidup-mati sih... tapi masalah harga diri. Sebenarnya gak penting-penting amat. Kalau jaman sekarang bisa saja dia memberi alasan, "Wah, banyak orang yang gak diundang tapi ikut makan dan minum. Jadi kehabisan."

Tapi toh, dia membutuhkan pertolongan. Kemungkinan besar ini adalah perkawinan dari saudara Maria ibu Yesus. Terbukti dari keterlibatan Maria dalam peristiwa ini. Dia memiliki akses ke pelayan-pelayan, dan dia tahu bahwa mereka kehabisan anggur. Dan Maria pun melaporkan kepada Yesus. "Mereka kehabisan anggur." Dan walaupun Yesus tampak tak acuh, tapi Dia membuat mujizat juga.

Yang menarik, ada sebuah kunci yang ditunjukkan oleh Maria sebagai jalan untuk mengalami mujizat. "Whatever He says to you, do it!" ... APAPUN yang dikatakan kepadamu, BUATLAH ITU!...

Yoh 2:5 Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!"

Ini kuncinya. Selama kita masih menimbang-nimbang perkataan Yesus, Firman Tuhan, isi Alkitab, mujizat akan sulit terjadi. Selama kita masih berlambat-lambat melakukannya, tidak akan terjadi apa-apa. Harus cepat! Harus dilakukan! Apapun yang YESUS katakan!

Suatu kali pernah, rasanya Tuhan berbicara dalam batin saya, "Sampaikan pesan ini ke orang itu!". Dan saya taat, saya berikan pesan itu kepadanya. Ternyata benar. Cocok sekali dengan yang dirasakan orang itu. Dia bersyukur dan berterima kasih,karena dia merasa dikuatkan dalam menjalani harinya. Secara manusia, saya tampak "sakti". Bisa tahu apa yang dia alami. Itulah mujizat. Tugas selanjutnya menyadarkan orang itu bahwa itu dari Tuhan. Dan akhirnya Tuhan yang harus dimuliakan.

Mujizat bisa terjadi karena ketaatan. Sekali lagi.... APAPUN yang dikatakan kepadamu, BUATLAH ITU!... Seperti semboyan dari perusahaan besar NIKE. Just do it!

Rabu, Mei 20, 2009

Diamlah

Beberapa hari terakhir ini saya agak gelisah. Ada beberapa masalah besar di kantor yang belum bisa terselesaikan. Masih ditambah akhir-akhir ini saya merasa sakit di bagian kepala dan perut, di lambung. Datangnya bisa bervariasi. Kalau perut lagi sakit, kepala tidak. Kalau kepala lagi sakit, perut tidak. Payahnya pernah juga kedua penyakit ini datang bersamaan. Wuiih... sakitnya.

Saya jadi bertanya kepada Tuhan. Kok gini Tuhan? Saya berusaha menyelesaikan. Juga berdoa dan tak henti-hentinya berseru kepada Tuhan. Tuhan, rasanya saya sudah bekerja untukMu, melayani, dan berusaha terus untuk hidup berkenan di hadapanMu. Tapi kok hidup ini makin sulit ya Tuhan? ...

Saya lihat-lihat di Alkitab. Siapa ya, yang pernah mengalami hal seperti ini? Pilihan saya jatuh ke tokoh Ayub. Ia orang benar yang mendapat musibah yang sangat besar. Anaknya mati semua. Hartanya habis semua. Bahkan dirinya digerogoti penyakit. Istrinya memberi kata-kata negatif (saya beruntung istri saya selalu menguatkan saya). Teman-temannya mencemooh. Dan pada akhirnya dia sendiri mulai mau menyerah.

Tapi Tuhan itu baik, tepat di saat Ayub mau menyerah. Tuhan menjawab. Tuhan tahu batas kekuatan Ayub. Dia tahu batas kekuatan Anda dan saya. Dia tidak akan membiarkan kita jatuh tergeletak. Dan Ia akan memberikan jalan keluar.

1Kor 10:13 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan kepada Ayub. Ada 3 ayat yang berkata senada. Kata itu adalah "DIAMLAH".

Ayub 33:31 Perhatikanlah, hai Ayub, dengarkanlah aku, diamlah, akulah yang berbicara.

Ayub 33:33 Jikalau tidak, hendaklah engkau mendengarkan aku; diamlah, aku hendak mengajarkan hikmat kepadamu."

Ayub 37:14 Berilah telinga kepada semuanya itu, hai Ayub, diamlah, dan perhatikanlah keajaiban-keajaiban Allah.

Ada perintah untuk berdiam diri. Perintah untuk DIAM. Diikuti dengan perintah untuk mendengarkan Tuhan berbicara, mendengar Tuhan mengajar, dan memperhatikan keajaiban karya Allah.

Hmm... ayat-ayat di atas sungguh menenangkan saya. Saya sadari betapa sering saya bertindak macam-macam, grusa-grusu, lari kesana kemari, mencari solusi. Betapa sering pula saya berdoa, berteriak-teriak kepada Tuhan, berseru, dan tidak memberikan waktu kepada Tuhan untuk berbicara. Betapa sering saya TIDAK BISA DIAM. Dan ini menghalangi Tuhan untuk bekerja.

Hari ini saya mau diam. Saya mau membiarkan Tuhan berbicara. Saya mau diam dan Tuhan mengajarkan hikmat. Saya mau diam dan memperhatikan keajaiban Allah. And everything will be okay... Silent mode on

Selasa, Mei 19, 2009

The Fall of The Great Wall

The Great Wall of China dibangun lebih dari 2200 tahun lalu, oleh Qin Shi Huangdi, Kaisar pertama Cina pada tahun 221 SM - 206 SM. Panjangnya 5000 km. The Great Wall adalah konstruksi bangunan terbesar yang pernah dibangun di muka bumi ini. Melintasi pegunungan, gurun pasir, sampai ke tepi pantai di Cina. Terbuat seluruhnya dari batu. Ketebalannya bervariasi antara 4,5 - 9 meter, tingginya lebih dari 7,5 meter. Pada jaman Dinasti Ming (1368-1644), the Great Wall diperluas sampai 6,400 km. Direnovasi secara kontinyu selama 200 tahun, dan ditambah dengan menara pengintai beserta meriam.

Selama hampir 1800 tahun, bangsa-bangsa berusaha menerobos masuk ke Cina. Tidak ada yang berhasil menembus kehebatan tembok ini. Tombak, panah, meriam, sampai serbuan berbagai bangsa selama bertahun-tahun tidak bisa menembusnya. Bangsa Cina tetap aman berada dalam perlindungan tembok besar ini.

Akhirnya rekor itu pecah pada tahun 1644. Bangsa Manchuria yang dipimpin oleh Dorgon, berhasil menembus masuk ke wilayah Cina. Bagaimana caranya? Apakah dia menemukan bom hebat yang bisa menghancurkan tembok itu? Apakah dia memakai teknik Yosua yang mengelilingi tembok Yerikho? Wah... bisa bertahun-tahun mengelilingi tembok besar Cina. Apakah mereka terus menerus memukuli tembok sehingga sedikit demi sedikit hancur? Tidak!

Ada seorang jenderal Cina bernama Wu Sangui. Ia benci kepada Kaisar dari dinasti Ming yang saat itu memerintah. Ia berniat memberontak dengan mencari sekutu dari Li Zicheng, pemimpin gerilyawan pemberontak. Namun, tiba-tiba salah seorang selir dari Wu Sangui diculik oleh Li. Maka marahlah ia. Ia berpaling kepada Dorgon, dan bersekutu dengan Manchu.

Pada waktu yang telah disepakati, ia membantai penjaga pintu di Shan Hai Pass, dan membiarkan pasukan Manchu masuk ke wilayah Cina. Menurut legenda butuh 3 hari untuk seluruh pasukan Manchu yang luar biasa banyaknya masuk menyerbu lewat pintu itu. Maka jatuhlah kekaisaran Cina. Dinasti Ming takluk di tangan Manchu.

Tembok besar tetap kokoh berdiri. Namun musuh bisa menerobos. Bukan dengan menghancurkan temboknya. Cukup dengan bantuan seorang penghianat yang membuka pintu dari dalam. Wu Sangui, seorang yang membuka pintu, telah membuat kejatuhan dari seluruh kekaisaran Cina.

Mazmur 91:4 Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok.

Hidup kita ini, orang-orang percaya, ibarat sebuah rumah. Punya perlindungan. Ada tembok yang mengelilingi kita. Mazmur 91 menceritakan bahwa Tuhan itu tempat kita berlindung. Kita tidak usah takut apapun, karena ia menudungi kita seperti pagar tembok.

Namun mengapa musuh sering bisa masuk ke dalam diri kita? Mengobrak-abrik hidup kita, menjarah berkat-berkat Allah dengan sakit penyakit, kerugian, kemiskinan, kantong yang bolong? Temboknya sudah kuat. Tak tertembus. Masalahnya ada di pintu gerbang kita. Mungkin kita sendiri yang membukakannya bagi iblis. Mungkin kita sendiri yang keluar dari area perlindungan Allah.

Waktu Yosua mengirim 2 pengintai untuk merebut Yerikho, didapati Rahab, perempuan yang menolong mereka. Dan oleh kedua pengintai ini dijanjikan, bahwa ia dan seisi rumahnya akan selamat. Syaratnya, memasang tanda kain merah di jendelanya, sebagai tanda bahwa rumah ini tidak boleh diserang. Dan syarat yang kedua, Rahab dan orang seisi rumahnya tidak boleh keluar rumah.

Yos 2:19 Setiap orang yang keluar nanti dari pintu rumahmu, harus sendiri menanggung akibatnya, kalau darahnya tertumpah, dan kami tidak bersalah; tetapi siapapun juga yang ada di dalam rumahmu, jika ada orang yang menciderainya, kamilah yang menanggung akibat pertumpahan darahnya.

Begitu juga pada saat tulah ke 10 dilakukan pada bangsa Mesir. Tuhan memerintahkan seluruh rumah orang Israel, dilumuri darah anak domba di pintunya. Sebagai tanda buat malaikat maut tidak menyentuh rumah itu. Namun syaratnya, jangan buka pintu dan keluar. Siapa yang melakukan itu akan ikut terkena tulah.

Kel 12:22 Kemudian kamu harus mengambil seikat hisop dan mencelupkannya dalam darah yang ada dalam sebuah pasu, dan darah itu kamu harus sapukan pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu; seorangpun dari kamu tidak boleh keluar pintu rumahnya sampai pagi.

Bagaimana dengan pintu kita? Jangan buka pintumu kepada Iblis. Tapi buka pintumu kepada Tuhan. Tembok kita cukup untuk menahan semua serangan Iblis. Darah Anak Domba sudah melindungi kita. Namun bila kita sendiri yang membuka pintu, hancurlah rumah kita.

Ulangan 20:11 Apabila kota itu menerima tawaran perdamaian itu dan dibukanya pintu gerbang bagimu, maka haruslah semua orang yang terdapat di situ melakukan pekerjaan rodi bagimu dan menjadi hamba kepadamu.

Membuka pintu adalah tanda penaklukan. Ketika kita membuka pintu maka kita menaklukkan diri. Bersedia menjadi hamba. Masalahnya kepada siapa kita membuka pintu? Kepada Tuhan atau Iblis? Jangan sembarangan membuka pintu.

Wahyu 3:20 Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

Senin, Mei 18, 2009

Fading

Luk 11:35 Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan.

Kalau kita lihat matahari tenggelam, maka sedikit demi sedikit terang itu menghilang. Ketika matahari makin masuk ke balik horison, makin gelap, namun tetap jelas. Makin lama, makin gelap, dan akhirnya benar-benar gelap.

Kondisi ini berbeda dengan ketika matahari terbit. Kalau kita ada di puncak gunung, sebelum matahari terbit, semua gelap. Dan pelahan matahari naik ke atas dari balik cakrawala. Namun masih gelap. Dan secara tiba-tiba ... byaak... seperti orang menyalakan lampu di dalam kamar. Terang itu seketika memenuhi langit. Kegelapan langsung hilang.

Artinya ketika kegelapan itu mau menguasai langit, dia bergerak pelahan, makin lama makin gelap. Namun ketika terang mau memunculkan sinarnya, ia bekerja dengan cepat, dan kegelapan langsung sirna.

Begitu pula dengan keadaan hidup kita. Lukas 11:35 membuka mata kita, bahwa terang yang ada pada kita bisa berubah menjadi kegelapan. Bisa fades away. Menghilang perlahan-lahan. Berubah menjadi gelap. Fading.

Itulah yang terjadi pada banyak orang yang tadinya hebat. Dulunya pengkotbah, pendeta, sekarang jualan vcd porno. Dulunya tokoh terpandang, sekarang masuk penjara, ketahuan korupsi. Waktu mahasiswa, semangat, idealisme tinggi, mau memajukan bangsa. Setelah jadi pejabat, korupsi dan mikirin diri sendiri. Mengapa? Karena mengalami fading. Terangnya memudar. Menjadi gelap.

Saya punya teman semasa muda (semoga dia membaca ini dan kembali kepada Tuhan). Dia dulu menginjili saya. Mengajak saya ke gereja. Melarang saya merokok. Mengawasi hidup saya. Dia bagi saya adalah tokoh yang menjadi 'pengawas'. Saya tidak bisa 'berbuat macam-macam' kalau bersama dia. Eh... beberapa bulan yang lalu, saya dengar berita tentang dia setelah lama tidak bertemu. Dia sudah pindah agama. Dia dapat pacar yang tidak seiman, melawan orang tuanya, dan nekat menikah dengan pacarnya. Wuiih.. orang yang dulu membuat saya bertobat, sekarang seperti itu. Terangnya memudar...

Terang bisa memudar karena kita salah memasukkan orang dalam hidup kita. Salah pergaulan. Salah memilih teman. Salah memilih tokoh idola. Mengurangi waktu bersama Tuhan. Menyibukkan diri dengan hal-hal duniawi. Menonton sinetron-sinetron yang tidak bermutu (dan menurut saya pribadi sinetron yang tayang sekarang ini semuanya tidak bermutu). Banyak lagi. Cirinya: kita menjadi penggerutu, orang yang selalu tidak puas. Jarang berdoa, jarang beribadah, sulit bersyukur, gampang marah, dan menjauhi Tuhan dan hamba-hambaNya.

1Korintus 15:33 Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.

Saya juga pernah mengalami kondisi fading. Rasanya malas ke gereja. Malas melayani. Di pekerjaan saja banyak pikiran, masih mikirin pelayanan lagi. Belum di keluarga, rumah tangga, banyak yang harus dibereskan. Begitu pikir saya. Toh.. di gereja sudah ada orang yang dibayar untuk melayani, untuk mengurus segalanya.

Tapi, ketika saya berdoa, saya ditegur oleh Tuhan. Mengurangi kualitas dan kuantitas pelayanan adalah salah satu indikator dari terjadinya fading. Terang yang memudar. Apalagi mundur dari pelayanan di gereja. Apalagi tidak berangkat ke gereja. Fading perlahan-lahan akan menghilangkan terang. Semakin lama semakin banyak terang yang hilang. Dan tahu-tahu, tanpa kita sadari, hidup kita berubah menjadi gelap. Cegahlah fading selagi kita masih menyadarinya.

Bagaimana hidup saudara? Dulu mungkin terang benderang. Melihat wajah saudara aja orang bisa tutup mata ...(hehe...). Seperti Musa ketika baru turun dari gunung Tuhan. Tapi sekarang bagaimana? Selidiki hati saudara. Masih adakah terang? Atau ada tapi sedang memudar? Minta Tuhan hati dan roh yang baru setiap waktu.

Yehezkiel 36:26 Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.

Menurut Anda, apalagi yang menyebabkan fading? ...

Sabtu, Mei 16, 2009

Katarsis

Yunus 2:7 Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus.

Pernah nggak, menulis komentar di artikel ini, atau kirim email, atau menulis artikel? Dan sesuatu terjadi. Sudah panjang-panjang, tiba-tiba koneksi internet terputus atau listrik mati, atau apapun lah... sehingga komentar itu hilang begitu saja. Huuuhhh... sebel banget kan?

Terus apa tindakan reflek kita? Bisa teriak, bisa menggebrak meja, bisa telpon PLN, bisa marah-marah ke siapa aja yang kebetulan ada di sekitar kita, bisa membanting laptop (... haaahhh... gak mungkin lah ya...), olah raga, naik motor, pergi mancing, atau sekedar menghela napas dan memaki dalam hati.

Tindakan pelampiasan itu dinamakan Katarsis. Katharsis (berasal dari bahasa Yunani) pertama kali diungkapkan oleh filsuf Yunani, yang merujuk pada upaya "pembersihan" atau "penyucian" diri, pembaruan rohani dan pelepasan diri dari ketegangan.

Perasaan sumpek yang dipendam dapat meledak sewaktu-waktu. Maka diperlukan tindakan katarsis. Katarsis ini dapat bermacam-macam. Mulai dari sekedar bercerita, menulis diary, tertawa keras, memeluk seseorang, memukul atau meninju sesuatu, pergi meninggalkan lokasi, bahkan sampai melakukan tindak kekerasan tertentu.

Dengan melakukan katarsis, perasaan negatif dapat tersalurkan dan emosi dapat kembali stabil. Dengan demikian individu yang bersangkutan dapat berpikir lebih tenang dan kembali ke aktifitasnya. Jika katarsis tertunda berbagai macam hal yang lebih buruk terhadap diri kita, dapat terjadi.

Petrus pernah mengalami stres berat. Yesus disalib dan mati. Ia lupa ajaran Yesus bahwa itu memang harus terjadi, dan Yesus akan bangkit. Ia down. What next? Ia sudah meninggalkan semuanya, investasikan segalanya, untuk ikut Yesus. Dan yang diikuti sudah tidak ada. Apa katarsisnya? Petrus pergi menarik diri, pulang kampung, dan kembali ke kehidupan lamanya. Mencari ikan. Hmm... relaxing activity juga sebenarnya. Makanya Tuhan Yesus membiarkan mereka, karena tindakan ini memang perlu.

Yoh 21:3 Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.

Tapi katarsis yang salah hanya akan membawa persoalan berikutnya. Mereka tambah stress. Sudah stress, cari ikan, nggak dapat-dapat lagi..!!?? Huuuh .... tambah stress (grmblll&!%!*%$Q*&Q*!!!!). Untung Yesus itu baik. Ia menemui mereka, memberi mereka solusi, dan mengembalikan mereka ke jalurnya kembali.

Contoh lain Elia. Elia habis terkuras energinya. Dia baru saja mengalahkan ratusan nabi Baal dalam pertandingan hidup dan mati di gunung Karmel. Tapi datanglah ancaman dari ratu negeri itu. Dan Elia ketakutan, lari. Dan Tuhan pun membiarkannya. Karena tindakan pergi ini memang perlu. Dan ketika dirasa Tuhan sudah cukup waktu, Tuhan menemuinya dan memberikan apa yang dia perlukan. Apa tuh? Roti bakar dan air. Hahaha... God is so good. Dia kenal kesukaan kita lho...

1Raja 19:4 Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku."

Dalam kedua contoh di atas, mereka melakukan katarsis dengan menarik diri sejenak. Dan Tuhan menemui mereka. Ketika Tuhan menemui mereka, Petrus dan Elia mendapat kekuatan baru. Mereka mendapatkan apa yang mereka perlukan. Petrus mendapat ikan, Elia mendapat makanan. Dan ada kuasa baru mengalir, sekaligus perintah untuk KEMBALI menghadapi persoalan mereka.

Jadi PERLU DIINGAT, katarsis hanya bersifat sementara. Ketika kita melakukan katarsis, kita HARUS KEMBALI untuk menghadapi persoalan. Katarsis yang benar tu, seperti apa? Sudah ada panduannya lho di Alkitab.

Mat 11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

Daud sering mengalami tekanan-tekanan berat. Dan dia punya kunci untuk mengatasinya. Ini katarsisnya Daud.

Mazmur 37:3 Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia,

Ia melakukan 4 hal:

  • Percaya kepada Tuhan
  • Melakukan yang baik
  • Diam di negeri
  • Berlaku setia

Coba renungkan sungguh-sungguh masalahmu, dan terapkan poin-poin Daud ini. Terapkan dalam menghadapi persoalan di kantormu, di sekolahmu, di gerejamu.... Cocok kan?

Jumat, Mei 15, 2009

Pengaruh Positif

Pernah dengar nama Romo Mangun? Pasti pernah. Romo Mangun (Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, Pr.) adalah seorang rohaniawan, budayawan, arsitek, penulis, aktivis dan pembela wong cilik. Dalam bidang arsitektur, beliau juga kerap dijuluki sebagai bapak arsitektur modern Indonesia.

Salah satu warisan dari karyanya adalah pemukiman di tepi kali code. Satu-satunya tempat hunian unik artistik yang terletak bukan di kawasan elit, akan tetapi di bantaran sebuah sungai kumuh yang membelah Jogja. Pada mulanya, tanah di bawah jembatan Gondolayu ini tidak bertuan. Gelandangan yang menempatinya. Sampai terbentuk kampung yang diberi nama kampung Girli Code (Pinggir Kali Code). Dulu, warga kampung Girli Code itu berprofesi mulai dari penjual koran, pengamen, atau penarik becak. Bahkan ada yang terpaksa menjadi perampok dan pelacur. Di bawah dekade 80-an kondisi masyarakat Kali Code sama sekali bukan daya tarik, bahkan dihindari.

Kondisi sosial itulah yang kemudian mengundang perhatian Romo Mangun. Sebagai arsitek jebolan Aachen, Jerman, secara suka rela dia membangun pemukiman pinggir kali agar layak untuk ditempati dan tidak mudah menjadi korban banjir. Dia pun rela tinggal disitu, membaur, dan membina masyarakat disitu melalui keteladanannya, tanpa berusaha mengubah agama mereka. Hasil dari karya Romo Mangun itu ternyata memukau publik. Dan entah bagaimana, komunitas itu pun berubah melalui pengaruh kehadiran Romo Mangun yang juga memiliki rumah di pemukiman itu.

Melanjutkan tulisan kemarin, saya ingin juga memberikan sebuah wawasan bahwa, 1 orang bisa membawa perubahan positif. One can make difference. Romo Mangun mampu mengubah kawasan yang dulu citranya kampung kriminal menjadi kawasan wisata. Dalam Alkitab ada banyak contoh.

Misalnya Daud. Dia suatu waktu, mendapatkan limpahan orang-orang kriminal. 400 orang jumlahnya. Dan dengan kepemimpinannya, dengan pengaruhnya, Daud bisa mengubah orang-orang ini menjadi tim inti dari pasukannya. Orang-orang buangan ini menemukan arti hidupnya. Dan mereka berjuang bersama Daud. Memandang Daud dengan penuh respect. Daud membawa pengaruh positif bagi mereka.

1Samuel 22:1 Lalu Daud pergi dari sana dan melarikan diri ke gua Adulam. Ketika saudara-saudaranya dan seluruh keluarganya mendengar hal itu, pergilah mereka ke sana mendapatkan dia. 2 Berhimpunlah juga kepadanya setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati, maka ia menjadi pemimpin mereka. Bersama-sama dengan dia ada kira-kira empat ratus orang.

Ada lagi contoh, Yusuf. Dimanapun Yusuf berada, siapapun yang membukakan pintu rumah mereka bagi Yusuf, pasti akan 'kecipratan' hasil dari berkat yang didapat Yusuf. Salah satu contohnya saja adalah Potifar. Dengan adanya Yusuf, Potifar berhasil. Yusuf membawa pengaruh positif dalam usaha Potifar.

Kejadian 39:5 Sejak ia memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, TUHAN memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf, sehingga berkat TUHAN ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang.

Masih ada lagi contoh, Paulus. Ketika kapalnya terancam oleh badai, seluruh penumpang nyaris menjadi korban. Namun karena keberadaan Paulus di kapal itu, seluruh kapal diselamatkan. Ini kebalikan dari cerita Yunus kemarin. Bila karena Yunus, seluruh penumpang terancam kematian, maka karena Paulus seluruh penumpang selamat.

Kisah Para Rasul 27:24 dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau.

Nah, jelas sekali ada 2 kategori manusia di muka bumi ini.

  • Orang-orang yang membawa pengaruh negatif, yang berbahaya bagi keselamatan komunitasnya.
  • Orang-orang yang membawa pengaruh positif, yang justru menjadi penyebab terjadinya keselamatan bagi komunitasnya.

Saatnya introspeksi lagi hari ini. Siapakah kita ini? Siapakah yang berada di sekitar kita? Apa pengaruh yang kita bawa buat orang lain? Bencana atau keselamatan? Apa yang orang nilai tentang kita, di kantor, di gereja, di rumah?

Seorang bijak pernah berkata, Hanya orang yang benar yang akan memiliki kuasa, dan hanya orang yang memiliki kuasa yang akan mempengaruhi lingkungannya. So.. JADILAH ORANG BENAR dulu .... baru bisa jadi pengaruh yang positif.

Kamis, Mei 14, 2009

Pengaruh Negatif

Selama 2008, penyebab kebakaran di Jakarta Pusat didominasi oleh korsleting listrik dan ledakan kompor gas. Berdasarkan data yang dirilis Suku Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Jakpus, sebanyak 73 kasus atau 69 persen kebakaran disebabkan hubungan singkat arus listrik dan 12 kasus disebabkan kompor gas konversi yang meledak (Koran Republika). Dan rata-rata kebakaran itu menyebar dan menyebabkan kerugian besar di komunitasnya.

Banyak contoh di Alkitab, tentang bagaimana seseorang itu mempengaruhi sebuah komunitas. Ketika sebuah pelanggaran dilakukan oleh seseorang, maka komunitasnyalah yang menanggung akibatnya.

Dalam kapal yang dinaiki oleh Yunus, seluruh kapal terancam keselamatannya. Orang yang tidak tahu apa-apa, hampir saja ikut menanggung akibat dari pelanggaran Yunus terhadap perintah Allah. Setelah Yunus 'dikeluarkan' dari kapal itu, selamatlah kapalnya.

Yunus 1:12 Sahutnya kepada mereka: "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu."

Dalam kasus lain, Akhan bin Zerah juga melakukan pelanggaran. Ia mengambil barang-barang yang dikhususkan bagi Tuhan. Waktu bangsa Israel menghancurkan Yerikho, Yosua sudah memperingatkan tidak boleh ada emas, perak, tembaga, besi yang dijarah orang Israel. Itu semua dikhususkan bagi Tuhan. Tapi Akhan mengambilnya dan menyimpan di rumahnya. Maka dalam pertempuran selanjutnya di kota kecil Ai, Israel kalah besar. Dan ketika Yosua bertanya kepada Tuhan, Tuhan menjawab, "Kamu kalah, karena pelanggaran Akhan!" Begitu kira-kira.

Jos 22:20 Ketika Akhan bin Zerah berubah setia dengan mengambil barang-barang yang dikhususkan, bukankah segenap umat Israel kena murka? Bukan orang itu saja yang mati karena dosanya."

Setiap orang yang melanggar akan mempengaruhi komunitasnya. Ini jelas menjadi perhatian Tuhan. Maka, Tuhan memberikan sebuah peringatan keras. Jangan dekat-dekat dengan orang yang melakukan pelanggaran. Lenyapkan orang itu dari tengah-tengahmu. Dari kehidupanmu.

Lev 18:29 Karena setiap orang yang melakukan sesuatupun dari segala kekejian itu, orang itu harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya.

Renungan kita hari ini ada dua hal.

  • Apakah kita adalah orang yang sedang berada di sekitar orang yang suka melakukan pelanggaran? Jauhkan dirimu darinya. Keluarkan dia dari hidupmu. Keluarkan pengaruhnya dari keputusan-keputusanmu. Pelanggaran dia bisa membuat situasimu jadi buruk. Alkitab memberi contoh demikian.
  • Sebaliknya, bila Anda sadari bahwa Anda adalah orang yang suka atau sedang melanggar perintah Tuhan, melawan rencanaNya, menolak jalanNya, hati-hati! Disamping Anda sendiri sedang terancam bahaya, orang-orang di sekitar Anda juga akan mengalami ancaman.

Coba renungkan ini. Ini berlaku dalam bisnis, studi, rumah tangga, dan pelayanan kita. Are you the solution? or Are you the problem?

Rabu, Mei 13, 2009

Undangan

Joh 15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.

Minggu kemarin saya menerima undangan pernikahan dari keluarga. Dan waktu menerimanya, pikiran saya kembali melayang ke saat dimana saya masih kerja di percetakan.

Untuk bisa sebuah undangan itu sampai ke tangan kita, perlu proses yang panjang dan tidak sederhana. Dimulai dari pemilihan design. Dalam proses awal ini saja, dulu saya sering menjumpai pasangan yang pada awalnya mesra saat datang, bergandengan tangan, pulang dengan saling cemberut. Marah-marahan. Mengapa? Karena mereka baru temukan bahwa, selera mereka berbeda... hehe...

Setelah itu ada proses setting. Data-data dimasukkan ke dalam design. Pemasukan data ini sering juga menjadi celah dimana kesalahan itu masuk. Salah ketik, salah nama orang tua, salah nama mempelai, salah gelar, salah jam, dst. Ini tahap paling penting. Kesalahan di tahap ini menyebabkan semua proses selanjutnya tak berguna. Jadi koreksi berulang-ulang di tahap ini.

Setelah itu mulailah proses pencetakan. Buat filmnya, koreksi lagi, cetak 1, koreksi lagi, baru cetak masal. Masih ada proses pemotongan, pelipatan, memasukkan ke dalam amplop, dan pengiriman.

Ada satu proses yang mau saya tekankan dalam pembuatan undangan. Yaitu proses pencantuman nama orang yang akan diundang. Bila seseorang mau menikah, ia akan memikirkan siapa saja yang akan diundang. Ia akan memilih. Dari sekian banyak orang yang dia tahu, dia akan sortir. Orang tuanya pun demikian, calon pasangannya pun demikian. Maka ketika kita menerima sebuah undangan, sesungguhnya itu sebuah kehormatan karena KITA DIPILIH.

Maka sungguh sebuah tindakan yang tidak baik sebenarnya, bila kita diundang dan malas datang. Itu menyia-nyiakan 'anugerah'. Mengapa sih kita dijadikan undangan dalam sebuah pesta? Jelas untuk ikut menikmati kebahagiaan bersama yang mengundang. Dan sebenarnya itu adalah pengakuan bahwa kita adalah "sekelas" dengan yang mengundang.

Coba terapkan tulisan di atas ini dalam konteks hubungan kita dengan Tuhan. Tuhan itu yang memilih kita.

Gal 1:15 Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya,

Eph 1:4 Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Beruntung sekali kita, dipilih. Diundang dalam perjamuan bersama Tuhan. Dengan tujuan, supaya kita kudus dan tak bercacat. Kita dikuduskan. Kita dijadikan "sekelas" dengan Dia. Ada lagi tujuannya, kita harus berbuah. Dan kalau sudah berbuah, hadiahnya, apa yang kita minta dari Tuhan akan diberikan. Wuiiihhh... senangnya. Tinggal kitanya nih, mau dateng gak? Mau terima undanganNya nggak?

Selasa, Mei 12, 2009

Seri : Badai Kehidupan (3)

Setelah kita menyadari bahwa badai akan meningkatkan level hidup kita, maka seri ini akan kita pelajari level-level apa yang akan kita lalui. Paling tidak ada 3 level yang akan kita lalui:

1. Level "Miracle" (Mujizat).

Pada level ini, Tuhan menunjukkan mujizat dan kemuliaanNya kepada kita.

Mat 14:25 Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. 26 Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut.

Ada mujizat yang terjadi. Yesus berjalan di air. Dan akhirnya Petrus pun diijinkan berjalan di air. Ini luar biasa. Mungkin bila kita berada di level ini, akan terjadi hal-hal luar biasa dalam hidup kita. Namun bila kita disini, ini masih level awal. Mari masuk ke level berikutnya.

2. Level "Unshakeable" (tidak tergoyahkan oleh Badai).

Mat 14:27 Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"

Pada level ini, Tuhan membuat badai yang terjadi tidak kita rasakan. Kita tetap tenang, tak tergoncangkan, dan ... santai aja. Ketakutan karena terlanda badai, akan hilang. Perasaan tenang akan timbul walaupun badai masih ada. Perhatikan, waktu Yesus datang badai belum reda. Angin masih kencang.

3. Level "Arrive at Destination" (Sampai di tujuan)

Pada level ini, Tuhan akan membuat kita langsung sampai ke tujuan. Ini level yang luar biasa.

Yoh 6:21 Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui. (21 Then they willingly received him into the ship: and immediately the ship was at the land whither they went.)

Bagaimana caranya bisa sampai di level ini? Bila kita mengijinkan Yesus masuk. Ada mujizat yang luar biasa ketika kita mau menerima Yesus dalam 'perahu kita'.

Sampai dimanakah level kita? Puji Tuhan kalau Tuhan menunjukkan kemuliaan pada Anda. Tapi bila Tuhan belum benar-benar hadir dalam setiap sektor hidup Anda, mungkin itu baru level 1. Ayo hadapi badai dan naik level.

Minggu, Mei 10, 2009

Seri: Badai kehidupan (2)

Dalam kisah badai yang dialami murid-murid Yesus kemarin, saya mau mengajak Anda melihat. Apa sebenarnya alasan Yesus, dalam mengirim muridnya ke tengah badai. Dengan memahami alasan Yesus, kita akan bisa bertahan dalam menghadapi "badai" kita sendiri.

Badai terjadi karena:

1. Allah Ingin Kita Menjadi Dewasa.

Allah ingin kita bertumbuh dalam pengalaman supranatural. BerkatNya ingin Dia berikan setiap hari. Selalu baru.

Ratapan 3:22-23 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, 23 selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!

Tuhan itu seperti orang tua, yang melepaskan anaknya untuk berjalan sendiri, setelah sekian lama dituntun. Seperti anak yang dilepas seorang diri, setelah waktunya. Itulah yang Yesus lakukan. Ia ingin melihat murid-muridNya naik tingkat.

Chip Ingram, berkata, "Dalam gereja yang benar selalu ada 3 unsur, yaitu: menyelamatkan jiwa, memuridkan, dan berbuah." Dengan kata lain, gereja harus mendidik jemaatnya untuk naik tingkat. Dari jemaat biasa (baru bertobat), menjadi murid, dan menginjili (sehingga berbuah).

Murid-murid dilepas agar memiliki pengalaman baru dengan Tuhan. Sebelum peristiwa ini belum pernah ada mujizat "orang berjalan di air". Jadi ini adalah hal yang tidak pernah dibayangkan. Tuhan seringkali membawa kita bertumbuh dewasa, dengan membuat kita berada dalam situasi, dimana kita tidak bisa mengandalkan keahlian, pengalaman, maupun pengetahuan kita sebelumnya. Itu Dia lakukan agar kita menjadi dewasa.

2. Allah Ingin Kita Sadar Bahwa Ia Selalu Ada Buat Kita.

Mazmur 139:2 Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. 3 Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.

Dalam badai itu, Yesus mendatangi mereka. Coba perhatikan, dimana Yesus sebelumnya berada? Di atas bukit, berdoa. Ini mujizat lain. Kita tidak diberi tahu kisahnya. Namun tiba-tiba Yesus yang dari bukit sudah ada di dekat kapal yang mengalami badai. Yesus "HADIR" di tempat dimana muridNya mengalami kesulitan.

... Kau selalu ada bagiku / S'bab Kau Bapaku, Bapa yang kekal....
(petikan syair lagu Bapa yang Kekal - Maria Shandy)

Tidak ada yang menghalangi Allah, untuk berada dimanapun dan kapanpun. Dimanapun kau berada, apapun yang kau lakukan, DIA TAHU. Itulah sebabnya, hati-hatilah dengan perilaku dan hidupmu. Namun sebaliknya, tenanglah dalam hidupmu ketika ada persoalan. Ada Tuhan yang siap hadir.

3. Allah Ingin Kita Mengandalkan Dia

Jer 17:5 Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!
Jer 17:7 Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!

Ketika kita mempercayai Tuhan dalam langkah kita, kita diselamatkan. Sayangnya, ketika kita menghadapi badai, jarang reaksi reflek kita bertanya kepada Tuhan dan percaya kepadaNya. Biasanya keahlian kita yang kita andalkan lebih dulu. Begitulah yang dihadapi murid-murid. Mereka nelayan profesional. Wajar kalau mereka merasa bisa mengatasi badai menurut cara mereka. Maka, mereka berusaha sendiri. Namun gagal, sampai mereka ketakutan.

Namun ketika mereka mengijinkan Yesus masuk dalam perahunya, ada mujizat yang luar biasa. Seketika itu juga mereka sampai ke tujuan.

Ini maksud Tuhan. Mereka kirim murid ke tengah badai, sehingga mereka belajar. Kelak dalam masalah yang lain, yang lebih besar, mereka mau mengandalkan Tuhan. Bukan manusia lain, bukan diri sendiri, bukan pengalaman, tapi Tuhan...

Sabtu, Mei 09, 2009

Seri: Badai Kehidupan (1)

Job 38:1 Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub:

Hidup adalah perjalanan dari tempat yang fana ke tempat yang kekal. Dalam perjalanan itu kadang ada badai yang menghadang langkah kita. Ada 3 jenis penyebab datangnya Badai dalam hidup kita :

1. Badai karena Iblis.

Terjadi karena Iblis ingin menjatuhkan Anda. Contoh : terjadi pada Ayub.

Job 1:19 maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."

Ayub menderita karena iblis mau membuktikan kepada Tuhan, bahwa Ayub itu bisa mengutuki Allah. Ternyata iblis gagal. Ayub tetap tidak mengutuki Allah. Namun faktanya, badai itu tetap benar-benar terjadi dalam kehidupan Ayub. Dia tetap menderita.

Kadang mungkin Anda merasa sebagai orang yang tidak melakukan kesalahan apapun. Tapi badai tetap bisa melanda. Mungkin badai yang Anda alami adalah badai jenis pertama ini.

Solusinya: bertahanlah sampai akhir. Seperti Ayub. Maka, Tuhan akan memberikan ganti berkali-kali lipat dari apa pun kehilanganmu. Pada waktu yang tepat. Pada batas kekuatan yang masih Anda punya. Ketika itu, Tuhan akan menganggap Anda sudah lulus. Dan badai akan berlalu.

2. Badai karena Masalah Kedagingan.

Badai jenis ini terjadi karena pelanggaran atau kesalahan yang Anda buat sendiri. Terlepas dari sengaja atau tidak sengaja. Contoh : terjadi pada Yunus.

Yunus 1:3 Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. 4 Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.

Yunus mengalami badai karena dia menolak melakukan perintah Allah. Dia melarikan diri. Akibatnya ada badai. Ada penderitaan. Bahayanya badai itu bisa menyeret orang yang berada di sekitar Yunus. Badai itu bisa mengancam keselamatan orang lain juga.

Hati-hati! Mungkin Anda sedang berada di sekitar orang-orang yang suka menolak melakukan perintah Allah. Anda bisa terkena imbas badainya. Atau Anda sendiri orang yang suka mengabaikan perintah Allah. Orang di sekitar Anda bisa terkena badai gara-gara Anda. Pikirkan keselamatan orang-orang yang Anda cintai.

Solusinya: introspeksi diri dan bertobat. Kembalilah ke jalan Tuhan. Dan badai akan berlalu.

3. Badai karena Tuhan

Badai ini terjadi karena Tuhan mau mendidik dan menyatakan kemuliaanNya. Contoh : terjadi pada murid-murid Yesus.

Mat 14:22, 24 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. 24 Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal.

Yesus sengaja menyuruh muridNya untuk menyeberang lebih dahulu. Ia mau mendidik murid-muridNya. Ada kemuliaan besar yang ingin Ia tunjukkan kepada mereka. Murid-murid itu menuruti perintah Tuhan (tidak seperti kasus Yunus). Dan Tuhan memang sengaja menyuruh mereka ke tengah badai (tidak seperti kasus Ayub).

Inilah jenis badai ketiga. Badai yang kita hadapi dalam pengiringan kita pada Tuhan. Badai untuk memurnikan kita. Kita sudah ada di jalan Tuhan. Kita sudah on the right track. Tapi badai tetap bisa terjadi.

Jadi orang Kristen kok malah jadi susah? Mau bertobat, kok malah gini rasanya? Mau jadi orang baik kok malah dimusuhi? Ini pertanyaan yang sering timbul. Jawabannya adalah karena badai itu sengaja didatangkan untuk mematangkan kita.

Solusinya: Keluar dari perahumu. Keluar dari kebiasaanmu. Pandang Tuhan dan mulailah berjalan di air. Berjalan di area mujizat. Masuk ke wilayah dimana Tuhan menyatakan kemuliaanNya. Dan badai akan berlalu. Dan bukan hanya badai berlalu. Alkitab mencatat bahwa mereka "SEKETIKA ITU JUGA", mereka "SAMPAI KE TUJUAN". Hmmm... another miracle..

Mat 14:21 Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.

Dimanakah Anda berada saat ini? Kenali diri Anda. Lakukan solusi yang tepat. Dan badai akan berlalu. Renungkan...

Jumat, Mei 08, 2009

Buka Mulut Lebar-lebar

Rom 12:10 Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.

Di bis kota, sering kita lihat tanda. Sesama Bis Kota Dilarang Saling Mendahului. Namun di Alkitab ada satu anjuran untuk saling mendahului. Yaitu saling mendahului memberi hormat. Bagaimana caranya?

William Beausay II, dalam bukunya "The People Skill of Jesus" memperkenalkan istilah "Oily words" atau terjemahannya Kata-kata Pelumas. Kata-kata ini adalah jenis kata yang dapat digunakan untuk melumasi hubungan antar manusia. Misalnya:

  • Kamu terlihat luar biasa.
  • Presentasi kamu tadi hebat.
  • Terima Kasih banget ya.
  • Maaf, saya yang salah.
  • Saya selalu mengasihi kamu.
  • Apa yang bisa saya bantu?

Kalimat-kalimat di atas, bila diucapkan akan sangat melumasi hubungan antar manusia. Dalam mulut orang percaya memang terdapat kuasa yang besar. Sayangnya mulut kita sering tidak dipakai untuk menjadi berkat. Malah kutuk yang sering keluar.

Coba kita pelajari betapa dashyat sebenarnya mulut orang percaya itu. Kita tahu bahwa Allah menjadikan segala sesuatu dari FirmanNya.

Mazmur 33:6 Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.

Dan Tuhan adalah Tuhan yang mau memberi kepada umat yang dikasihiNya.

Mazmur 81:11 Akulah TUHAN, Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir: bukalah mulutmu lebar-lebar, maka Aku akan membuatnya penuh.

Dalam salah satu kotbahnya, Pdt. Petrus Agung Purnomo pernah menjelaskan. Pada jaman dahulu bila seorang raja sedang senang kepada hambanya maka akan disuruhnya hambanya membuka mulut lebar-lebar, dan meletakkan hadiah dalam mulutnya. Bila rajanya adalah raja yang miskin atau biasa-biasa akan ditaruh makanan-makanan raja, buah-buahan, minuman. Tapi bila rajanya adalah raja yang kaya, maka akan diletakkan emas, berlian, perhiasan dalam mulutnya.

Maka, bila Allah yang memerintahkan untuk membuka mulut kita lebar-lebar, dan hendak memberi hadiah, apa kira-kira yang akan diletakkan dalam mulut kita? Makanan, emas, atau apa? Ternyata Tuhan meletakkan 'perkataanNya' yang penuh kuasa itu. Perkataan yang menciptakan. Ini lebih dari cukup.

Yeremia 1:9 Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu. 10 Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam."

Maka hati-hati dengan mulut kita. Saat ini, saya mulai melihat sekeliling saya. Istri, anak-anak, karyawan, teman gereja, orang tua. Apa yang biasa saya katakan pada mereka. Berkat atau kutuk? Adakah kata-kata pelumas itu keluar dari mulut saya? Apakah saya suka mendahului memberi hormat? Meminta maaf? Berterima kasih? Dari mulut kita, segala pemulihan bisa terjadi. Namun dari mulut yang sama, bencana bisa terjadi. Hati-hati!

Kamis, Mei 07, 2009

Kecapi di Ruang Presiden

Kemarin baca Kompas (Kompas, 6 Mei 2009), agak kaget juga. Di lembar Politik dan Hukum, ada berita tentang ruang kerja Presiden RI. Ada gambar-gambarnya. Letak barang-barang, foto, dan denah ruangannya. Nah, di salah satu sudut ternyata saya temukan ada sebuah alat musik, yaitu kecapi.

Sejak kapan ya ada di situ? Idenya siapa ya? hehe... Jadi ingat cerita Saul dan Daud.

1Samuel 16:23 Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya.

Apa kecapi diletakkan di situ untuk berjaga-jaga ya? Sewaktu-waktu diserang ***** (sensor-red), maka kecapi dimainkan. Atau sekedar simbol kesenian? Atau agar Presiden-presiden RI bisa menyuruh seorang Daud untuk memainkannya, agar mereka tenang? Gimana menurut kamu?

Musik memang punya efek luar biasa. Musik bisa membangun tapi bisa pula merusak. Dengan musik yang tepat, tumbuhan bisa lebih subur, sapi bisa memproduksi susu lebih banyak, manusia bisa lebih pintar, relaks, konsentrasi, dan macam-macam efek positif lain. Sekali lagi ditekankan, bila musiknya TEPAT. (Note: kumpulan hasil penelitian tentang efek musik bisa saudara minta kepada saya ke email).

Sebaliknya, musik yang tidak tepat bisa menyebabkan agresifitas tinggi, adrenalin meningkat, sulit berkonsentrasi, dll. Tanaman bisa mati, dan sapi bisa berhenti produksi. Dalam kantor saya, ada musik yang saya setel. Musik rohani. Membuat saya rileks. Otomatis mengarahkan pikiran saya kepada Tuhan. Inilah kecapi saya.

Musik apa yang mengelilingi Anda? Musik duniawi dengan syair-syair yang menganjurkan perjinahan? pemberontakan? ketidakpatuhan? cinta yg penuh hawa nafsu? atau musik yang memuji Tuhan? cinta yang tanpa syarat? pengorbanan? Presiden RI ternyata punya kecapi di ruangannya, Anda bagaimana?

Rabu, Mei 06, 2009

Tangga yang Rusak

Tangga di rumah saya rusak. Anak tangga paling atas jebol. Kayunya dimakan rayap. Akibatnya ada kesulitan tersendiri kalau mau melangkah naik atau turun tangga.

Dalam Alkitab dikatakan bahwa tubuh kita adalah rumah Allah.

Ibrani 3:6 tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.

Maka, saya berpikir dalam "rumah Allah ini", diri kita ini, juga ada perabotannya. Salah satunya ada tangganya. Tangga dalam hidup kita ini berbicara tentang apa sih?

Kejadian 28:12 Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu.

Dalam ayat di atas, sebelum ayat ini terjadi, Yakub belum pernah memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. Ini pertama kali dia mimpi yang rohani. Dalam mimpinya ada tangga dari bumi ke langit. Dan tangga yang tercipta dalam hidup Yakub ini, membuat hidup yang sebelumnya kacau, berubah. Masalah Yakub selesai 1 demi 1.

Sifat tangga adalah penghubung antara lantai bawah dan lantai atas. Maka, tangga dalam tubuh kita ini adalah penghubung antara kita dengan Tuhan. Sepertinya, ada malaikat yang lalu lalang, membawakan doa kita kepada Tuhan dan membawakan kembali jawabannya kepada kita.

Banyak masalah terjadi karena manusia tidak punya hubungan pribadi dengan Tuhan. Karena tidak ada tangga dalam hidupnya. Namun Tuhan itu baik. Dia membagi-bagikan sebuah tangga kepada setiap orang.

Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat, maka ada tangga yang tercipta dalam kehidupan kita. Tetapi seperti halnya sifat dari setiap hubungan, hubungan itu tidak hanya perlu diciptakan. Tapi perlu DIPELIHARA. Jadi masalahnya, tangga itu berfungsi nggak? Masih bagus atau sudah rusak? Membuat sebuah tangga adalah sebuah persoalan, tapi memeliharanya adalah soal lain.

Hubungan dengan Tuhan harus realistis. Ketika kita berbicara (berdoa) kepada Tuhan, apa yang Anda rasakan? Apakah seperti bicara kepada udara kosong atau kepada Seorang Pribadi Yang Agung? Ketika kita menyanyi dan menyembah Tuhan, mengeluarkan kata-kata 'I Love You, Jesus..", apakah terasa nyambung? Apakah perasaan kita benar-benar demikian? Atau biasa-biasa saja? Sekedar emosi seni atau ekspresi seni kah? Itulah indikasi tangga kita ada atau nggak, masih beres atau sudah rusak.

Sekali lagi, HUBUNGAN DENGAN TUHAN PERLU DIPERLIHARA... periksalah diri kita masing-masing ... tangga kita rusak atau masih bagus? Jangan merasa sekali bisa berhubungan dengan Tuhan, terus bisa selamanya 'connect' sewaktu-waktu. Jangan sombong. Kadang merasa sudah pernah mendengar suara Tuhan, merasa sering mimpi, menerima Firman, bahkan berkotbah, pelayanan luar biasa ... lalu mengabaikan 'pencarian kepada Tuhan'.

Jangan heran, bila banyak pendeta, hamba Tuhan, pengkotbah yang 'DULUNYA' luar biasa, tetapi sekarang 'MELEMPEM'. Pasti karena tangganya rusak. Tangganya tidak dipelihara, dan dia tidak menyadarinya. Hmmm.... saya mau introspeksi dulu ah... bagaimana dengan Anda?

Selasa, Mei 05, 2009

Mengenali Selera Majikan

Kalau kita punya pembantu rumah tangga baru, tentu masih banyak kekacauan yang terjadi. Dari mulai, baju yang salah meletakkan, baju ayah dimasukkan ke lemari anak, baju anak dimasukkan ke lemari kakak, dst. Sampai ke urusan makanan kesukaan, meletakkan kunci, kertas-kertas penting yang terbuang, dan lain-lain.

Contoh lain: seorang kakak yang tidak mengenal selera adiknya, misalnya, juga bisa kacau begini. Kalau dimintai tolong menyuapi makanan, misalnya, mungkin nasinya akan terlalu banyak, atau terlalu sedikit. Sendoknya terlalu maju, atau terlalu mundur. Lauknya terlalu besar, atau terlalu kecil.

Mengapa kekacauan itu bisa terjadi? Karena pembantu baru belum mengenal majikannya. Mereka bekerja keras, melakukan segalanya agar rumah tampak bersih dan rapi. Namun yang terjadi, malah kertas penting terbuang dan kertas coret-coretan tertata rapi di meja. Hahaha.... Mungkin kita tertawa. Tapi sesungguhnya ini juga mungkin sekali terjadi dalam hidup kita.

Amsal 19:2 Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.

Dalam pelayanan kita, dalam studi, dalam rumah tangga, dalam pekerjaan, mungkin saja kita bekerja keras dan hasilnya banyak kesalahan yang kita lakukan. Kita rajin, giat, bahkan cenderung tergesa-gesa bergerak, berbuat sesuatu, namun hasilnya tidak berguna.

Mengapa? Karena kita tidak melakukan sesuai kemauan bos kita. Karena kita belum mengenal kebiasaan, kesenangan, selera majikan kita. Karena kita hanya melakukan sesuatu sesuai selera kita. Sebenarnya siapa sih majikan kita sesungguhnya? Dalam Kolose 3:23, dikatakan bahwa dalam melakukan hal apapun kita hanya punya 1 majikan, yaitu Tuhan.

Kolose 3:23 Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

Jadi tidak ada jalan lain. Kita harus mengenal kebiasaan Tuhan, selera Tuhan, kesenangan-kesenangan Tuhan, agar tindakan kita bisa berguna. Karena itu perbanyak baca FirmanNya, perbanyak waktu berdoa, perdalam hubungan kita dengan Tuhan.

Jangan sampai terjadi, seperti cerita pembantu di atas. Kita melayani Tuhan dengan giat, kerja keras, rasanya sudah capek sekali, tapi Tuhan, Sang Majikan kita berkata, "Hambaku, kasian deh loe, kamu sudah capek-capek, tapi.... yang sudah kamu lakukan itu, sebenernya SALAH SEMUA...!!"

Senin, Mei 04, 2009

Hujan, Berhenti..!!

Jas 5:17 Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.

Sewaktu menghadiri acara paskah GOL Kids kemarin, pikiran saya jadi melayang ke acara semacam ini yang diadakan tahun lalu (tahun 2008). Kami adakan 2 sesi. Indoor dan outdoor. Indoor adalah pujian dan penyembahan, outdoor adalah game.

Waktu itu sudah tiba saatnya untuk memainkan game mencari telur paskah. Dan di luar ruangan, sejak acara dimulai sudah hujan deras, disertai angin dan petir. Kami panitia di dalam rumah segera ketir-ketir, deg-degan, habis ini acara outdoor. Tapi tidak mungkin kami lakukan dalam kondisi hujan deras. Bisa-bisa didamprat orang-orang tua bila kami paksakan mengadakan acara di tengah hujan deras. Anak-anak bisa flu.

Di dalam ruangan, yang bertugas memimpin nyanyi sudah mengulang-ulang nyanyiannya. Menjalankan berbagai trik untuk memperlama acara indoor. Sambil menunggu, siapa tahu hujan berhenti. Tidak ada yang terjadi. Akhirnya beberapa guru kumpul, berunding, dan keluar keputusan. Mari kita ajari anak-anak ini masuk dalam area mujizat.

Seorang panitia berdiri di tengah dan memimpin. Kira-kira inti percakapannya demikian:

  • Guru berkata, "Anak-anak ... semua mau main game di luar nggak?"
  • Mereka segera menjawab, "Mauuuuu...!!!"
  • "Tapi di luar hujan deras. Kalau masih mau main di luar, kita harus melakukan sesuatu. Berani gak?"
  • "Beraniiiii.... !!" Jawab mereka.
  • "Mari kita berdoa, minta hujan berhenti!" Kata panitia itu.

Sebelumnya, dibacakan dulu ayat di atas, dan dijelaskan beberapa prinsip dasar dari doa semacam ini. Dan setelah semua mengerti dan sepakat, kami mulai.

Semua kemudian berkumpul, membentuk lingkaran, memuji Tuhan dulu, dan meminta kepada Tuhan agar hujan berhenti. Beberapa mulai mengatakan perintah yang ditujukan kepada alam. Perintah itu saya rasakan sungguh berotoritas dari Tuhan. "Hujan berhenti! Hujan berhenti! ...." Berkali-kali kami serentak ucapkan.

Dan ajaib.... hujan benar-benar berhenti. Percaya nggak? Hujan deras, angin, petir, benar-benar berhenti !!! Berhenti total !!!

Kami semua keluar, melanjutkan acara, dengan sukacita yang sangat melimpah. Anak-anak bermain dengan gembira. Tuhan memang baik. Saya yakin, Dia mendengarkan suara anak-anak kecil ini yang meminta kepadaNya. Dan Dia menjawab seruan doa kami.

Untuk guru-guru GOL Kids yang baca, masih inget kan kejadian ini...? Hmm... acara yang sangat berkesan.

Minggu, Mei 03, 2009

Pentingnya Pelayanan Anak

Pelayanan sekolah minggu, sering dipandang sebelah mata. Seringkali, orang-orang yang 'tidak terpakai' dalam pelayanan orang dewasa 'dilempar' ke sini. Tapi sudah seharusnya, tindakan itu dihilangkan sama sekali. Pelayanan anak adalah pelayanan yang sangat penting, bahkan bisa dikatakan paling penting. Let the best run this service. Mengapa? Mari kita lihat.

Yoel 2:15-16 Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; 16 kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah penganten laki-laki keluar dari kamarnya, dan penganten perempuan dari kamar tidurnya;

2 Taw 20:13 Sementara itu seluruh Yehuda berdiri di hadapan TUHAN, juga segenap keluarga mereka dengan isteri dan anak-anak mereka.

Anak-anak termasuk dalam gerakan seluruh umat Tuhan. Tuhan tidak pernah memandang anak-anak dengan sebelah mata. Mereka penting sekali di mata Tuhan. Mengapa anak-anak begitu penting? Ada beberapa alasan.

1. Merekalah yang Empunya Kerajaan Sorga

Mat 19:14 Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga."

Kerajaan Sorga itu bukan soal makanan dan minuman, tapi soal kuasa mengatasi dunia, melenyapkan segala penyakit, kelemahan, dan mengusir setan ini (Mat 10:1). Sebagai orang dewasa pun untuk memiliki kuasa ini, kita harus ‘menjadi seperti anak kecil (Mat 18:3-4).

2. Ada Malaikat Mereka di Sorga

Mat 18:10 Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.

Mereka punya pasukan perang di sorga.

3. Mereka Memiliki Kuasa di Mulutnya

Maz 8:3 Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.

Keuntungan yang Dimiliki Anak-anak :

  • Mereka tidak pernah kuatir
  • Mereka percaya mutlak
  • Mereka cepat mengampuni
  • Mereka punya imaginasi yang hebat

Ini semua adalah keuntungan yang sangat berperan dalam transformasi keluarga, gereja, dan bangsa. Mereka bisa melakukan banyak hal dengan keuntungan di atas. Berbeda dengan orang dewasa:

  • mereka bisa menginjil tanpa kuatir ditolak,
  • mereka percaya mutlak saat mereka menerima janji Tuhan,
  • mereka cepat mengampuni bila ada yang bersalah (sehingga doa dan persembahan mereka tidak terhalang),
  • dengan imajinasi mereka, mereka mampu memandang segala sesuatu sudah terjadi (beriman) saat mereka berdoa memohon sesuatu.

Itulah sebabnya Tuhan menyuruh kita (orang dewasa ini) untuk menjadi seperti anak kecil bila ingin masuk wilayah Kerajaan Sorga di dunia (dimensi mujizat dan kuasa). Mari lakukan yang terbaik untuk anak-anak. Para orang tua dan guru-guru sekolah minggu, kita punya tanggungjawab besar. Give the best.... semangat..

Sabtu, Mei 02, 2009

Kesalahan Adam

Dalam Kitab Kejadian pasal 3, kita bisa membaca cerita tentang kejatuhan manusia. Banyak sekali yang bisa kita pelajari dari kejadian ini. Salah satunya adalah tentang komunikasi. Ini adalah hal penting yang banyak menyebabkan ketidakberesan terjadi di dunia ini. Rumah tangga, karir, pelayanan, dan banyak hal bisa hancur karena masalah komunikasi.

Dalam Kejadian 2, Tuhan jelas berbicara kepada Adam. Dan percakapan ini terjadi sebelum Hawa diciptakan. Tuhan berkata bahwa ada pohon tertentu yang tidak boleh dimakan. Ada batas dari kebebasannya. Karena Hawa belum ada, maka konsekuensinya, Adam harus mengkomunikasikan perintah ini kepada Hawa.

Kejadian 2:16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

Namun ternyata terjadi distorsi dalam komunikasi antara Adam dan Hawa. Sehingga, Hawa bisa ditipu oleh Iblis. Dan mengakibatkan kejatuhan manusia dan keturunannya. Coba lihat penafsiran Hawa terhadap perintah itu. Ternyata berbeda dari perintah aslinya.

Kejadian 3:2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, 3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."

Apa saja kesalahan dari Adam?

  1. Dia mengabaikan detail dalam pesan yang harus dikomunikasikan kepada Hawa. Ketidaktahuan tentang detail ini menjadi celah bagi Iblis untuk menipu Hawa.
  2. Dia membiarkan suara Hawa mempengaruhi dia, lebih dari suara Tuhan. Seharusnya dia bertindak tegas terhadap istrinya. Dan menyetop pembicaraan atau keinginan untuk tidak taat kepada Tuhan.
  3. Dia tidak berperan aktif dalam melakukan tanggungjawabnya meluruskan kesalahan komunikasi. Dia ada di sebelah Hawa, dan dia membiarkan ular itu menipu Hawa. Dia jenis laki-laki pasif yang membiarkan kesalahan dilakukan.
  4. Dia mengabaikan apa yang Tuhan katakan tentang konsekuensi dari ketidaktaatan. Dia tidak berusaha mengingatkan ini kepada Hawa.
  5. Dia tidak mengambil tanggungjawab atas hasil dari kesalahannya dalam berkomunikasi. Dia malah mencari kambing hitam, dan menyalahkan Hawa.

Bagaimana penerapannya dalam bisnis, pelayanan, rumah tangga? Coba kita teliti area-area itu dalam hidup kita.

Dalam pelayanan, apakah kita mengkomunikasikan pesan Tuhan dengan jelas? Ataukah kita disetir oleh keinginan-keinginan 'Hawa-Hawa' di sekitar kita? Apakah kita pasif dan membiarkan kesalahan terjadi? Apakah kita menyalahkan orang lain atas kesalahan kita?

Dalam rumah tangga, karir, studi bagaimana? Mari kita introspeksi diri... Mulai sekarang, komunikasikan pesan Tuhan dengan jelas. Letakkan Tuhan sebagai nomer satu. Tegas. Jangan pasif lagi. Luruskan dan perbaiki kesalahan, bukannya mencari kambing hitam. Amin...?

Jumat, Mei 01, 2009

Pagi-pagi Benar

Pagi ini, anak saya dapat tugas dari sekolahnya untuk melakukan observasi di pasar tradisional. Dan harus pagi-pagi benar. Jadi subuh-subuh, saya antar dia ke pasar Lempuyangan.

Konsekuensinya, saya harus bangun lebih awal dari biasanya. Berdoa, dan saat teduh. Saya bersyukur atas hari yang baru, membaca Alkitab, berdoa untuk hari ini. Dan barulah mengantar anak saya.

Ternyata, di Alkitab kita juga melihat apa yang dilakukan orang pada pagi-pagi benar. Ada dua kelompok manusia.

Kelompok pertama diwakili dari tindakan Yesus.

  • Berdoa. Tuhan Yesus pagi-pagi benar berdoa. Dia sudah bangun dan pergi ke tempat yang sunyi. Berduaan dengan BapaNya. Berkomunikasi. Mencari kekuatan dan kehendak BapaNya di hari itu.

Mar 1:35 Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.

  • Melakukan Pelayanan. Ada saat-saat dimana pagi-pagi benar, setelah Ia berdoa, Ia bekerja melakukan pelayanan. Ia memuliakan Bapa dengan melakukan kehendakNya.

Joh 8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.

Kelompok Kedua diwakili oleh orang-orang yang tidak suka kepada Yesus. Mereka pagi-pagi benar sudah mengadakan 'meeting' untuk membunuh Yesus. Mereka melakukan permufakatan bulat untuk memusnahkan Yesus.

Mar 15:1 Pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli Taurat dan seluruh Mahkamah Agama sudah bulat mupakatnya. Mereka membelenggu Yesus lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus.

Jadi kelompok pertama adalah kelompok yang berusaha "menghadirkan" Tuhan dalam hidup mereka hari itu. Dan kelompok kedua adalah mereka yang berusaha "menghilangkan" Tuhan dari hidup mereka. Menghadirkan Tuhan vs Menghilangkan Tuhan.

Apakah yang kita lakukan di pagi-pagi benar? Berdoa, membaca Firman Tuhan, menyembah dan memuji Tuhan, minta tuntunannya? Ataukah kita langsung nyalakan TV, ambil koran, cek Facebook, atau bahkan mengembangkan pikiran dan merencanakan kesempatan-kesempatan untuk berbuat dosa?

Kelompok manakah kita? Kelompok pertama atau kedua? Mungkin kadang pertama kadang kedua. Mari mulai pagi ini kita 'tertibkan' hidup kita. Pagi-pagi benar, kita serahkan waktu kita kepada Tuhan. Baru melakukan segalanya dengan kuasa, kekuatan, dan hikmat Tuhan. Setuju kan?...