Mat 25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.
Ada yang menarik di Kompas pagi ini. Di lembaran Kompas Muda, ada artikel yang berjudul 'Kita Beruntung'. Pembukaannya begini:
- Ngerasa enggak, di antara kita kalau ke sekolah kayaknya "terlalu berfasilitas". Kalau ke sekolah naik mobil, padahal rumahnya enggak terlalu jauh ke sekolah. Atau, ke sekolah bawa ponsel yang mewah dan paling mutakhir, dan kadang enggak cuma satu, mungkin dua atau lebih. Wah, agak berlebihan ya?
Selanjutnya isi artikel ini sangat luar biasa, ditulis oleh tim dari anak SMAN 1 Medan, namun begitu peka dan mendalam. Artikel ini menggugah kesadaran pembaca untuk menyadari keberuntungannya dan ketidakberuntungan pihak lain.
Dalam salah satu kolom di halaman yang sama, tertulis "Anak SMA vs Anak Jalanan". Isinya demikian,
- Anak SMA:
- Bisa sekolah
- Bisa les
- Temannya banyak, minimal teman di sekolah
- Up to date tentang kabar terbaru
- Banyak yang sering malas sekolah
- Kadang enggak terlalu peduli sama sekolah
- Lebih mementingkan halhal yang enggak perlu, misal: HP terbaru, model rambut yang oke
- Foya-foya - Anak jalanan:
- Enggak bisa sekolah
- Enggak beranai punya cita-cita sebab enggak bisa sekolah
- Kurang kemampuan ekonominya
- Enggak se-up to date anak sekolah
- Gara-gara enggak sekolah mereka cenderung berada di luar, yang notabene sarang kejahatan
- Masih kurang terbuka dalam berpikir
- Keinginan mereka buat sekolah itu tinggi banget
- Mereka lebih rajin daripada anak sekolah
- Mereka mau berusaha lebih keras
Ciri-ciri itu mengingatkan saya kembali ke masa lalu saya. Saya sempat berada sekian lama di jalanan. Hidup di sana. Saat itu, ketika saya di pinggir jalan, memang saya suka gemas melihat, betapa hidup dan harta orang-orang yang lewat, disia-siakan untuk hal-hal yang bagi saya bodoh. Akhirnya saya berpikir, memang sdh kelebihan duit sih...
Sekarang pada posisi saya saat ini, sungguh artikel tsb. menggugah kesadaran. Apakah kita sadar bahwa kita ini beruntung dibandingkan yang lain? Apakah kita merasa sukacita dengan kehidupan kita? Ataukah selalu bersungut-sungut?
Di sisi lain, apakah kita punya hati untuk mereka yang kurang beruntung? Apakah kita pernah memikirkan mereka? Memikirkan mereka yang miskin, yang belum percaya Yesus, yang hidup dalam dunia gelap dan kriminalitas? Pernahkah terpikir untuk memberi makan mereka? Mengunjungi napi di penjara? Mengunjungi keluarga yang suaminya di penjara? Mengunjungi orang yang sekarat di Rumah Sakit? Ataukah kita hanya sibuk memikirkan, kebutuhanku, kebutuhanku, kebutuhanku...?
artikel ini tambah menjadikan aksi sosial kami (IFGFGISI) Kds, semakin penuh arti. secara pribadipun, hati saya semakin didorong ut lb banyak mengucap syukur ut apa yg telah dipercayakan Tuhan dalam hidup sy. dorongan ut berbuat banyak bag mrk yang sedang menderita. menggunakan apa yg Tuhan percayakan dalam hdpku dengan maksimal. tx bos
BalasHapusAksi sosialnya dasyat bos. Sebenarnya saya justru terinspirasi dari situ ketika menulis ini. Gereja memang harus memberi dampak. Berani melayani wilayah-wilayah yang terkesan 'kering'. Maju terus bos.. God always be with you.
BalasHapus