Berbagai jenis gangguan psikologis dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Fobia
Ditandai dengan perilaku penghindaran yang tidak rasional secara terus-menerus terhadap situasi, benda, atau aktivitas tertentu. Berikan rasionalisasi dan dampingi klien dalam mengkonfrontasi ketakutan-ketakutan mereka.
2. Bipolar / Manik-depresif
Ditandai dengan terbagi-baginya hidup klien dalam beberapa fase. Pada fase manik, ia akan ceria, humor yang tidak terkendali, meningkatnya kecepatan bicara, dan kemampuan motorik. Pada tahap ini humor bisa berubah menjadi pedas, karena tiba-tiba tersinggung dan kehilangan kepekaan terhadap orang lain. Kemudian muncul fase euforia, yang ditandai timbulnya sikap antusias, ambisius, optimis, dan keyakinan diri yang tidak realistis. Bila pada tahap ini mereka melakukan perundingan bisnis atau mengambil keputusan penting, mereka akan 'deal' besar-besaran yang tidak jarang mengakibatkan kerugian besar di kemudian hari. Bersamaan dengan euforia timbul pula penyangkalan diri yang ekstrem. Pada fase depresif, tiba-tiba klien akan merasa sangat sedih, pikiran yang sendu, mengasihani diri sendiri. Gejalanya menjadi apatis, tidak lagi berdandan, tak berdaya, tak berharapan, dan merendahkan diri sendiri.
3. Cyclothymia
Mirip dengan bipolar namun bisa terjadi dalam satu periode waktu. Ditandai dengan perubahan yang ekstrim dalam cara seseorang menghadapi suatu situasi. Dalam saat yang sama suasana manik dan depresif bisa muncul dengan bergantian.
4. Dysthymia
Ditandai dengan situasi tanpa kegembiraan. Selalu sedih sepanjang waktu. Ditandai dengan wajah yang selalu cemberut dan muram. Sulit untuk tertawa dan menertawakan diri sendiri. Apapun yang dialami dipandang dari sisi yang negatif. Sudut pandangnya selalu salah.
5. Schizophrenia
Ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas (psikotik). Gejala yang sering muncul adalah afeksi yang datar atau tidak tepat, asosiasi yang longgar, autisme, dan ambivalen.
- Afeksi yang datar atau tidak tepat. Mereka bisa tertawa terbahak-bahak pada saat mendengar berita sedih. Atau tidak bereaksi terhadap suatu cerita. Tatapan matanya kosong dan menerawang.
- Asosiasi yang longgar. Dalam berkomunikasi dia akan melantur dari satu hal ke hal lain, 'loncat sana-sini' tanpa ada hubungan. Sehingga orang lain tidak bisa mengerti. Komunikasinya kabur, abstrak, diulang-ulang, dan tidak jelas. Dia mengalami gangguan transmisi saraf dalam otak.
- Autisme. Mereka terperangkap dalam dunianya sendiri. Khayalan dan fantasinya meningkat drastis sehingga semakin menarik diri dari dunia luar.
- Ambivalen. Ketika diperhadapkan dalam sebuah pilihan, mereka merasa sangat terancam dan ketakutan sehingga tidak dapat mengambil keputusan. Ini menyebabkan hilangnya motivasi dan adanya kebingungan terus menerus. Mereka tidak berani melangkah keluar.
Selain 4 gejala utama diatas ada gejala sekunder yang sering ditemukan yaitu adanya delusi dan halusinasi.
- Delusi. Delusi adalah keyakinan yang dipegang sebagai hal yang benar walaupun ada bukti yang jelas bahwa itu salah. Misalnya: delusion of grandeur: merasa dirinya Yesus; delusion of persecution: merasa dikejar-kejar, dll.
- Halusinasi. Halusinasi artinya mendengar, melihat atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Misalnya halusinasi auditori: mendengar perintah untuk membunuh; merasa dipanggil namanya, dll.
Gejala umum lainnya adalah perilaku yang aneh (kekacauan), gisi pribadi yang buruk, pakaian yang eksentrik, peran yang tidak benar, gangguan dalam perilaku motorik-katatonik (mannerisme-sangat sopan, menyeringai, postur tubuh yang kaku, reduksi gerakan spontan), kecemasan yang berlebihan (paranoid).
6. Gangguan Disosiatif (psikogenik)
Terdiri dari gejala amnesia, somnabulisme (tidur sambil berjalan), fugue (amnesia sementara), dan kepribadian majemuk.
- Amnesia : (1) Amnesia lokal, melupakan sebuah periode (beberapa jam/hari/minggu) dalam kehidupannya. (2) Amnesia umum, melupakan seluruh hidupnya. (3) Amnesia tersistemasi, melupakan sebuah peristiwa tertentu atau pada setiap periode waktu tertentu.
- Fugue : bila kambuh seseorang bisa pergi 'mengeluyur', kadang selama beberapa hari/bulan, jauh dari rumah, dan membentuk identitas yang sama sekali baru. Selama waktu tertentu mereka melupakan masa lalu, tetapi tidak sadar. Setelah mereka kembali ke keadaan normal mereka tidak ingat sama sekali saat mereka mengalami fugue.
- Kepribadian majemuk : mereka memiliki berbagai set kepribadian yang berpindah secara tiba-tiba, dramatis, dan tidak terkendali. Kadangkala mereka tidak mampu mengingat kepribadian yang lainnya.
Gangguan disosiatif kebanyakan disebabkan oleh pengalaman kesedihan, dukacita yang mendalam dan bertubi-tubi. Dikombinasikan dengan tipe kepribadian yang introvert. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan serta depersonalisasi (merasa sendirian). Reaksi ketidaksadarannya (unconciousness) berusaha adalah melupakannya.
7. Somatoform
Terdiri dari gangguan somatisasi, konversi, penderitaan somatoform, hipokondriasis, dan gangguan perubahan bentuk (dismorfik) tubuh.
- Somatisasi (sindrom Briquet), ditandai dengan adanya berbagai keluhan fisik yang kabur dan mengacu pada banyak organ tubuh.
- Konversi, kehilangan penglihatan, pendengaran, kelumpuhan, sakit perut tanpa disertai dengan penyakit fisik yang jelas baik bersifat sementara atau menetap. Biasanya disebabkan konflik yang besar antara moral dan dorongan ketidaksadaran yang tidak dapat diterima masyarakat.
- Penderitaan somatoform, ditandai dengan rasa sakit tanpa adanya bukti fisik. Biasanya muncul sebagai wujud kecemasan dan sering digunakan sebagai dalih untuk menghindari kegiatan tertentu. Hal ini juga membuat klien mendapat dukungan dan pemakluman.
- Hipokondriasis, perhatian yang berlebihan pada fungsi tubuh itu sendiri dan adanya ketakutan yang besar terhadap penyakit.
- Gangguan dismorfik tubuh, ditandai dengan perhatian yang berlebihan pada beberapa cacat fisik khayalan.
8. Gangguan penyalahgunaan zat berbahaya
Ditandai dengan ketergantungan terhadap zat berbahaya. Biasanya ada defense mechanism rasionalisasi yang dipakai untuk memberikan pemakluman bagi dirinya sendiri. Gejala yang sering muncul adalah kegelisahan, kekhawatiran, mudah maraf, insomnia, dan kehilangan konsentrasi.
9. Pasif-Agresif
Ditandai dengan adanya perasaan yang mudah marah tersinggung, namun tidak bisa dikeluarkan. Manifestasinya muncul dalam bentuk seperti usaha menghalang-halangi, penundaan, mencibir, menarik diri, suka mengeluh, dan merajuk. Mereka percaya bahwa mereka bisa melakukan pekerjaan lebih dari yang dipikirkan orang lain. Mereka membenci saran dan kritik tanpa alasan yang jelas.
10. Obsesif-Kompulsif
Ditandai dengan adanya sifat perfeksionis dalam berbagai situasi. Mereka memiliki standar yang sangat kaku dalam penyelesaian tugas. Mereka asyik dengan perintah, jadwal, peraturan, dan perincian tugas sampai pada tahap mereka kehilangan pandangan tentang kegiatannya. Mereka menuntut orang lain untuk berlaku seperti mereka. Cenderung tidak punya waktu untuk rekreasi dan persahabatan karena terlalu tekun pada pekerjaannya. Mereka sulit mengambil keputusan, biasanya menghindari atau menunda pengambilan keputusan. Selalu terlalu teliti dalam detil. Mereka cenderung menjadi seseorang yang tidak empati, tidak bersedia memberi waktu atau uang bila tidak mendapat keuntungan. Mereka juga sulit membuang benda-benda yang tidak berharga. Mereka sering mengalami depresi dan bahkan kecenderungan bunuh diri.
Meskipun mereka tampak sebagai pekerja yang penuh dedikasi, seringkali mereka adalah orang yang rapuh. Mereka egois dan mengubur emosi mereka dengan bekerja keras. Pada masa kecilnya seringkali adalah anak yang tidak dihargai. Secara tidak sadar, mereka berusaha menjadi orang yang berarti dengan cara yang berlebihan.
11. Histrionik
Biasanya orang ini menarik bagi lawan jenisnya. Ia emosional, ekstrovert, dramatis, impulsif, naif dan sering suka menggoda. Ia selalu menuntut persetujuan dan pujian dari orang lain. Ia secara tidak pantas menggoda dalam penampilannya. Ia bisa tiba-tiba memeluk orang yang baru ia kenal secara impulsif atau menangis tersedu-sedu karena insiden yang sepele. Ia sering marah, cemburu, merasa tidak nyaman bila tidak mendapat perhatian. Kadang menunjukkan gejala depresi namun sebenarnya hanya sandiwara agar mendapat perhatian dari konselor. Konselor lawan jenis perlu sangat berhati-hati karena mereka akan terang-terangan berusaha menggoda secara seksual. Terkadang mereka pura-pura bunuh diri (yang dilakukan dengan serius) agar mendapat simpati dari konselor. Namun sering terjadi, kasus pura-pura bunuh diri (aku melakukan bunuh diri tapi tidak ingin mati) ini menjadi sungguhan. Karena konselor menganggap enteng ancaman bunuh dirinya, dan klien terlanjur melakukan dengan serius.
12. Antisosial (kepribadian psikopatik)
Ditandai dengan terjadinya konflik yang terus-menerus dengan orang lain. Mereka sering dicap sebagai 'trouble maker' dalam lingkungannya. Mereka tidak jujur, sikap permusuhannya tinggi, menyalahkan orang lain, tidak terduga, dan tidak tulus. Tidak ada kekhawatiran dan rasa bersalah.
13. Narsistik
Ditandai dengan fokus pada diri sendiri (seperti histrionik), tidak memiliki empati (seperti antisosial). Mereka merasa diri sangat hebat, menghabiskan banyak waktu untuk membayangkan kekuasaan, kesuksesan, kecerdasan, kasih yang ideal, atau keindahan diri mereka. Mereka ahli memanipulasi orang agar mendapat komentar yang positif. Secara terus-menerus menginginkan pujian dan perhatian.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar